Pemulangan Pengungsi Syiah Dramatis

Proses pemulangan pengungsi Syiah ke kampung halamannya di Dusun Nangkernang, Desa Karang Gayam, Kecamatan Omben setelah berada di tempat penampungan selama 15 hari di GOR tenis indoor berlangsung dramatis. Pemulangan berjalan berbelit-belit karena jemaah Syiah menginginkan pimpinannya, Tajul Muluk harus ikut dalam rombongan pengungsi.

Namun sejumlah relawan MER-C (Medical Rescue Committee), yang memfasilitasi pemulangan pengungsi Syiah, tidak ingin mengambil risiko karena sangat riskan apabila Tajul Muluk tetap mendampingi pengikutnya kembali ke rumah mereka, karena dikhawatirkan dapat memicu konflik akan meletus kembali. Mengingat warga setempat masih belum menerima kehadiran tokoh Syiah tersebut.

Meski negosiasi sempat berlangsung alot, namun akhirnya Tajul pun bersedia mengikuti saran relawan MER-C, dengan berbagai pertimbangan yang matang. Organisasi kemanusian yang bergerak dibidang bantuan kesehatan dan medis itu, juga menyewakan kendaraan 3 minibus, 4 truk dan 1 pickup untuk mengangkut warga Syiah.

Karena pengungsi menolak mengunakan kendaraan milik Pemkab Sampang, menyusul tindakan pengusiran paksa oleh petugas dengan mengemasi karpet di lapangan GOR. Sehingga pengungsi merasa tersinggung dan terhina, dengan cara pengusiran yang dinilai tidak manusiawi tersebut.

"Jika memang pemerintah memaksa para jemaah pulang, apapun risikonya kami terpaksa angkat kaki dari tempat ini. Tetapi kami jelas menolak bantuan kendaraan yang ditawarkan pemerintah, lebih baik kami menyewa. Karena biar pun kami rakyat kecil dan warga minoritas, namun masih mempunyai harga diri," tegas Tajul, Kamis (12/1)

Koordinator Advokasi Syiah Sampang, Hadun Al Hadar, sangat menyesalkan dengan tindakan pihak yang mengatasnamakan Kementerian Agama (Kemenag) Sampang, yang melakukan pengusiran paksa terhadap para pengungsi tersebut. Dia mempertanyakan orang Kemenag yang telah mengusir orang-orang yang berada ditempat pengungsian tersebut. Padahal lanjut dia, persoalan pengungsi merupakan kewenangan aparat Kepolisian dan Pemerintah setempat.

"Sungguh ironis hukum di negara ini, masak pegawai Kemenag bersikap arogan seperti itu, mengambil karpet dan terpal seenaknya, lalu mereka mau tidur dimana. Jelas kami tidak terima dihina, karena orang Sampang mempunyai harga diri lebih baik mati berkalang tanah daripada bercermin bangkai," tegasnya.

Berdasarkan informasi pihak Kepolisian, Tajul Muluk, serta keluargnya maupun adik-adiknya berserta ibunya, untuk sementara waktu diungsikan menginap di Hotel PKPN Rajawali Kota Sampang dibawah pengawalan ketat petugas. Menurut Kasat Sabhara Polres Sampang, AKP Heri Darsono, pengawalan rombongan pengungsi menuju rumahnya masing-masing berjalan aman, tanpa ada reaksi dari warga setempat.

Sementara itu, Dandim 0828 Sampang, Letkol infantri Agus Wuriyanto, menyatakan, anggota TNI bersama aparat Polres Sampang, akan menjamin keamanan warga Syiah yang telah kembali ke kampung halamannya.

"Lokasi Desa Karang Gayam sudah kondusif, karena hingga saat ini aparat Kepolisian dibantu TNI tetap bersiaga mengamankan wilayah tersebut," tandasnya. (rud)

Sumber: Surabaya Post, Jumat, 13/01/2012

Labels: , , , , ,

0 Comments:

Post a Comment

<< Home