Kelompok Syiah Masih Bertahan di Pengungsian


From Surabaya Post


Ratusan pengungsi dari kelompok Islam Syiah, korban kerusuhan bernuansa suku agama ras dan antar golongan (SARA) hingga kini masih bertahan di lokasi pengungsian di GOR Wijaya Kusuma, Sampang, Madura, meski pemkab setempat meminta agar mereka pulang ke rumahnya masing-masing.

"Kami menolak pulang dan memilih bertahan di sini, karena tidak ada jaminan keamanan dari pemkab maupun Polres Sampang bahwa kami akan aman di sana," kata penasihat kelompok Islam Syiah Iklil Almilal, Kamis (5/1) malam.

Jika pemkab dan petugas keamanan menjamin keamanan warga Syiah, Iklil menyatakan, pihaknya akan kembali ke kampung halamannya di Desa Karang Garam. Demikian juga dengan para pengikut Islam Syiah yang berada di Desa Bluuran, Kecamatan Karangpenang.

Selain itu, para tokoh agama Sunni tidak lagi membuat pernyataan yang bisa memicu emosi massa, seperti menyatakan Syiah sebagai aliran Islam sesat dan menyesatkan.

"Sebab yang membuat massa melakukan aksi anarkis hingga akhirnya melakukan aksi pembakaran rumah, mushalla, dan madrasah Islam Syiah di sana kan adanya pernyataan tokoh agama bahwa Syiah ini merupakan aliran Islam sesat," ucap Iklil Almilal, menegaskan.

Iklil bersama ratusan kelompok Islam Syiah lainnya menyatakan, belum yakin jaminan yang disampaikan polisi kepada mereka akan terlaksana sepenuhnya, karena pada saat kelompok Islam Syiah mengungsi, aksi penjarahan harta benda pengikut Syiah masih terjadi.

Upaya pemulangan pengungsi Syiah di GOR Wijaya Kusuma, Sampang oleh pemkab setempat ini dilakukan, karena masa tanggap darurat atas peristiwa kerusuhan bernuansa SARA antara kelompok pimpinan Tajul Muluk dengan kelompok pimpinan KH Rois telah berakhir.

Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Pemkab Sampang Malik Amrullah, menjelaskan masa tanggap darurat berlangsung selama tujuh hari, yakni mulai tanggal 29 Desember 2011 hingga 4 Januari 2012.

"Jadi masa berakhirnya pada Rabu (4/1) kemarin. Kami telah menyediakan tiga unit truk untuk mengangkut mereka, dan ternyata mereka tidak mau," ucap Malik Amrullah.

Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Rudi Setyadi menyatakan, pihaknya masih akan melakukan koordinasi lanjutan dengan semua pihak terkait pemulangan kelompok Islam Syiah ini, termasuk jaminan keamanan dari petugas keamanan.

Saat berdialog dengan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), para pengikut korban kerusuhan bernuansa SARA ini mengatakan, pihaknya bersedia kembali pulang ke kampung halamannya, jika petugas menegaskan secara terbuka mereka akan jaminan keamanan setelah mereka kembali.

"Kami kembali dan diancam akan dibunuh lagi dengan alasan bahwa ajaran kami sesat, kan lebih baik kami bertahan di sini. Toh kami rakyat Sampang, lahir di Sampang dan juga membayar pajak kepada pemerintah kabupaten Sampang ini," kata Iklil Almilal.

Konflik kakak beradik antara Tajul Muluk dengan KH Rois yang akhirnya merembet bernuansa SARA ini, telah menyebabkan ratusan keluarga telantar dan mereka terpaksa tinggal di lokasi penampungan.

Saat ini 335 dari total 351 orang lebih dievakuasi ke GOR Wijaya Kusuma depan kantor Bupati Sampang.

Konflik ini sudah terjadi sejak tahun 2006, namun hingga kini belum bisa diredam hingga akhirnya terjadi aksi anarkis berupa pembakaran. (ant)

Sumber: Surabaya Post, Jumat, 06/01/2012

Labels: , , , , ,

0 Comments:

Post a Comment

<< Home