Mega Proyek di Kaki Suramadu
Digarap 2009, Investasi Rp 3,2 T
Pertumbuhan ekonomi di Madura dan sekitarnya diyakini akan tumbuh pesat, seiring peresmian Jembatan Suramadu yang bakal berlangsung pada 10 Juni mendatang. Sejumlah investor asing maupun dalam negeri terus dijajagi untuk mengembangkan kawasan ini.
Kepala Badan Penanaman Modal (BPM) Jatim Hary Soegiri mengatakan, sekitar kaki jembatan Suramadu akan terus dikembangkan sebagai kawasan industri bergengsi. Sehingga, diharapkan investasi di kawasan itu kian menjanjikan.
“Tahap awal ini, sudah ada investor dalam negeri yang melirik dengan investasi senilai Rp 3,2 triliun yakni PT Madura Industrial Estate Sea-port City (Misi),” kata Hary Soegiri, di kantornya, Selasa (2/6).
Rencananya, Misi akan mengembangkan kawasan kaki jembatan Suramadu sisi Madura seluas 600 hektare, sebagai kawasan perdagangan, industri, hingga pelabuhan. Pelaksanaannya akan dimulai tahun ini juga. “Sebetulnya masih ada lagi investor PMDN yang juga melirik kawasan kaki jembatan Suramadu ini. Namun belum ada kepastian sampai saat ini,” ujarnya.
Dengan bakal adanya mega proyek di kaki jembatan Suramadu, Hary memprediksi ribuan tenaga kerja akan terserap. “Perkiraannya, sekitar 20 persen dari total penduduk Madura (4 juta jiwa) atau sekitar 800.000 jiwa nantinya akan terlibat langsung. Proyek ini sekaligus bisa menekan angka pengangguran di Madura,” sambungnya.
Sementara, untuk kaki jembatan Suramadu sisi Surabaya sejauh ini belum tersentuh investor manapun. “Mungkin walikota Surabaya yang memiliki rencana detilnya,” kata Hary.
Selain pengembangan kawasan industri Misi, tujuh cluster proyek lainnya juga sudah ditawarkan kepada para investor. Antara lain, proyek infrastruktur berupa akses jalan menuju jembatan, proyek prasarana dasar seperti, air, sanitasi, energi, dan telekomunikasi. Selain itu, proyek pengembangan Pelabuhan Tanjung Bulupandan, Bangkalan Utara, sentra peternakan sapi potong, pengolahan garam, industri minyak atsiri hingga proyek agroindustri.
“Untuk pengolahan garam nantinya dibuat multipurposes garam industri. Sedangkan proyek minyak atsiri hanya pengembangan yang sudah dikelola petani, yakni bahan bakunya bunga melati Rato Eboh di Desa Tanjung Kecamatan Burneh Bangkalan,” jelasnya.
Industri minyak atsiri ini diperkirakan menelan investasi sedikitnya Rp 10 miliar dengan perluasan lahan menjadi 500 hektare, dari yang ada saat ini 50 hektare. Sementara, proyek agroindustri berupa budidaya tanaman ketela, jagung, kedelai, serta tanaman obat.
Tiga PMDN yang sudah ada di Madura sejak 2008 yakni PT Karya Dibya Mahardika, pengolahan tembakau di Sumenep, PT Adiluhung Sarana Segara, pengolahan dan perbaikan kapal di Bangkalan, dan PT Maxima Mutiara Indonesia, pembibitan kerang dan budidaya mutiara di Sumenep. Total investasinya mencapai Rp 27 miliar.
Untuk PMA, baru ada dua dan eksis sejak 1997, yakni PT Aneka Boga Nusantara, industri pengolahan dan pengawetan ikan, milik Jepang dan Korea di Sumenep dan PT Dwi Bina Utama, industri pengolahan ikan dan teri nasi milik Jepang di Sumenep. Total investasinya 1,85 juta dolar AS. (ame)
Sumber: Surya, Rabu, 3 Juni 2009
0 Comments:
Post a Comment
<< Home