Bentuk Kelompok Pekerja Kongres

Selain menghasilkan berbagai rekomendasi, peserta Kongres Kebudayaan Madura juga menyepakati dibentuknya kelompok pekerja (pokja) pasca kongres. Mereka yang masuk dalam pokja nantinya diharapkan menjadi lahirnya lembaga kebudayaan Madura. Pokja punya tanggung jawab untuk menindaklamjuti hasil-hasil kongers pasca dan mempersiapkan Kongres Kebudayaan Madura berikutnya.


Dari hasil kesepakatan peserta, Drs Kadarisman Sastrodiwirjo terpilih menjadi ketua. Sedangkan sekretaris Yanuar Herwanto dan anggotanya Prof DR Ir Mien A Rifa’i, Solahur Robbani (Sampang), Adrian Pawitra, M. Tojjib, Abdur Rozaqi, dan Mutmainnah.


"Kita telah bentuk kelompok pekerja kongres yang akan menindaklanjuti hasil rekomendasi ini. Kelompok pekerja kongres ini nantinya menjadi embrio lembaga kebudayaan Madura yang banyak diusulkan peserta kongres," kata pemerhati kebudayaan Madura Prof Dr Ir Mien A. Rifai dalam sambutan akhir penutup kongres di Hotel Utami Sumekar, kemarin sore.


"Saya merasa bersyukur kongres ini berjalan dengan baik. Tapi yang kita harapkan, kita menyingsingkan baju untuk mulai bekerja menindaklanjuti hasil kongres ini," ujar peneliti senior LIPI ini. Pokja nantinya juga mempersiapkan pelaksanaan Kongres Bahasa Madura yang rencananya akan dilaksanakan di Pamekasan tahun depan.


Sedangkan Ketua Kelompok Pekerja Kongres Kadarisman Sasatrodiwirjo kepada koran ini mengatakan, pihaknya akan berupaya mengemban amanah ini. Langkah awal yang akan dilakukan kelompok ini adalah merumuskan hasil kongres.


"Kita akan bukukan hasil rekomendasi kongres ini dalam sebuah dokumen yang kita sebut proceeding," kata budayawan yang juga wakil bupati Pamekasan ini. Setelah itu, lanjutnya, pihaknya juga akan bekerja untuk membentuk lembaga kebudayaan Madura seperti yang direkomendasikan dari kongres ini.


Sementara itu, Direktur LPP RRI Parni Hadi dalam penutupan kongres memberikan catatan kritis kepada para peserta kongres. Menurutnya, untuk melestarikan kebudayaan, ada 5 komponen penting. Antara lain, budayawan, masyarakat pendukung budaya, negara yang mempunyai kewajiban mengembangkan budaya, dunia usaha, dan media massa.


Lima komponen ini diharapkan bisa bahu membahu mengembangkan dan melestarikan budaya. Parni menilai, sangat berat menjadi orang Madura, karena sekaligus mereka menjadi orang Indonesia dan warga dunia. "Anda ingin anak-anak dan putra Madura dapat berdampingan sebagai anak bangsa Indonesia dan juga warga dunia, inilah global paradoks," katanya.


Dalam era reformasi ini, sambungnya, itu sangat memungkinkan dilakukan. Sebab, pemerintah memberikan kesempatan daerah-daerah melalui otonomi daerah untuk mengembangkan potensi daerah. Mampukah kita sebagai anak bangsa, bisa tampil sekaligus sebagai suku. Jadi, orang Madura tidak harus ekslusif," ujarnya.


Parni juga memandang perlu tentang budaya oral atau lisan untuk dikembangkan sepoerti halnya budaya dongeng. Karena menurutnya, budaya dongeng lebih mudah dipahami oleh masyarakat. "Makanya, saya akan meminta D. Zawawi Imron untuk mendongeng di RRI tentang Madura yang akan disiarkan ke seluruh Indonesia," tandasnya.(ahmad zahrir ridlo)


Sumber: Jawa Pos, 12/03/2007

0 Comments:

Post a Comment

<< Home