Kongres Kebudayaan Madura Dibuka
Ada Orasi Budaya 4 Bupati, Dimeriahkan Tarian Tradisional
Even yang akan mempertemukan budayawan dan elemen di Madura, ajang digelar mulai hari ini di Sumenep. Kongres Kebudayaan Madura ini diharapkan sebagai tonggak kemajuan Madura. Bagaimana persiapannya?
Secara teknis, persiapan pelaksanaan sudah hampir tuntas. Baik persiapan kongres itu sendiri, maupun gelar seni budaya dan pameran yang juga akan memeriahkan arena kongres.
"Sudah 99 persen siap. Yang 1 persen, hal-hal lain yang terkait dengan nonteknis. Kami mohon dukungan dari seluruh masyarakat Madura, baik yang ada di Madura sendiri maupun yang di luar Madura, sehingga kongres berjalan lancar dan sukses," kata Ketua Panitia Kongres Januar Herwanto, kemarin siang.
Kongres akan dimulai nanti sore pukul 14.00, yaitu paripurna I oleh peserta kongres. Kemudian, malam harinya, pembukaan kongres yang rencananya akan dibuka oleh Menteri Budaya dan Pariwisata (Menbudpar).
Yang menarik, saat pembukaan nanti malam, juga diisi dengan orasi budaya oleh 4 bupati se Madura. Juga dimeriahkan oleh kesenian khas Madura. "Pembukaan akan digelar di halaman depan Hotel Utami Sumekar. Siapa saja boleh nonton. Ini pesta rakyat," kata Januar.
Selanjutnya, selama 2 hari berturut-turut, kongres digelar. Pada Sabtu malam besok, juga digelar pesta rakyat lagi di panggung terbuka di Hotel Utami.
Yang tak kalah pentingnya adalah respons dari peserta kongres dari emapt kabupaten di Madura. Di Pamekasan, kemarin peserta yang akan menjadi duta ke konngres secara khusus di-briefing oleh budayawan Kadarisman Sastrodiwirjo. Ini agar delegasi Pamekasan ikut menyukseskan kongres yang dinilai momen penting untuk menentukan masa depan peradaban Madura yang lebih baik.
Salah seorang peserta briefing Khalifaturrahman mengatakan, budayawan senior meminta delegasi asal Pamekasan serius dan tuntas mengikuti kongres. Dalam briefing yang digelar di Pendopo Budaya Jl Jakatole Pamekasan, puluhan delegasi kongres mendapat pembinaan dan pengarahan. Secara umum, peserta kongres asal Kota Gerbang Salam ini berkomitmen terhadap pengembangan peradaban Madura.
Selain itu, poin penting yang disampaikan budayawan senior Pamekasan, agar peserta tidak hanya datang, diam, duduk, dan tanpa ide. "Intinya, ya diminta ikut menyukseskan kongres," tegasnya di Pendapa Budaya, kemarin.
Selain diminta menyukseskan, peserta kongres dibagi ke beberapa komisi. Diantaranya, komisi kebahasaan, kependidikan, dan kesenian yang dimungkinkan muncul pada saat kongres. Pembagian ini dinilai dapat memudahkan koordinasi antardelegasi dari Pamekasan. Begitu kongres memutuskan job discription sesuai komisi, Pamekasan telah siap lebih dulu. "Kami juga menyiapkan beberapa butir pemikiran tentang kebudayaan Madura," ungkapnya.
Menurut dia, pemetaan peserta yang melibatkan DKM (Dewan Kesenian Mekkasen) dinilai mempermudah koordinasi. Sehingga, semua peserta telah saling kenal lebih dulu sesuai kompetensinya masing-masing. Berdasarkan daftar undangan yang disodorkan panitia kongres kebudayaan di lokal Pamekasan, terdapat berbagai bidang. Diantaranya, menyangkut teater, art photography, tari tradisional, pendidikan ala pesantren, sastra, dan kompetensi lainnya. "Kami sudah menyiapkan konsep pasca pra kongres jilid II," ternagnya.
Sementara di Sumenep, dukungan terus mengalir demi sukesenya kongres. Termasuk juga dari pemkab. Bahkan, pemkab berharap kegiatan yang kali pertama digelar di Madura ini dapat mengrubah anggapan negatif masyarakat luar terhadap budaya Madura.
Wakil Bupati Sumenep Moch. Dahlan mengharapkan pelaksanaan kongres dapat memberikan sesuatu yang positif terhadap masyarakat dan perkembangan budaya Madura. Dia juga merasakan, di era globalisasi dan keterbukaan informasi, budaya asli Madura mulai banyak terkikis, karena tingkah laku masyarakat Madura sendiri.
Dia mencontohkan, budaya adab asor yang mulai jarang ditemui di masyarakat. "Saya ingat ada pribahasa bupa’ babu’ guru rato. Pribahasa kuno ini sudah banyak ditinggalkan oleh masyarakat kita sendiri. Ini yang membuat kita prihatin," ujarnya.
Mantan pejabat Pemkab Bangkalan ini membandingkan dengan masa beberapa tahun yang silam. Menurut dia, budaya Madura saat ini mengalami degradasi, terutama pada moral dan tingkah laku. "Yang muda tidak lagi menghargai yang tua dan anak tidak lagi menghormati orangtua. Ini juga merupakan bagian dari krisis budaya kita," katanya.
Untuk itu, dia berbesar harapan dengan adanya Kongres Kebudayaan Madura dapat memperbaiki prilaku budaya dan citra masyarakat Madura, baik dari dalam maupun masyarakat luar Madura. "Kongres ini bukan hanya sebatas wacana dan opini, namun juga harus ada action," tandasnya.
Aksi untuk mengubah budaya negatif masyarakat Madura ini, sambungnya, perlu adanya peranserta dari seluruh lapisan masyarakat. Baik itu pemerintah, tokoh masyarakat, dan para pendidik. "Selain itu, masyarakat Madura yang ada di luar juga perlu menjaga budaya Madura yang positif dan meninggalkan yang negatif, seperti budaya carok," harapnya.
Sedangkan Kepala Badan Komunikasi dan Informasi (Bakominfo) Sumenep Drs Didik Untung Samsidi juga menyambut baik kongres. Dia mengharapkan konres dapat memperbaiki citra dan meluruskan anggapan negatif masyarakat dalam maupun luar Madura terhadap budaya Madura.
"Mudah-mudahan, kongres ini tidak hanya mengubah anggapan masyarakat luar Madura, tapi juga warga Madura sendiri lebih mencintai dan melestarikannya," harapnya. (A. ZAHRIR RIDLO)
Sumber: Jawa Pos, Jumat, 09 Mar 2007
0 Comments:
Post a Comment
<< Home