M Noer Tak Disebut, eks Jenderal Marah

Peresmian Jembatan Suramadu, Kamis menyisahkan ketersinggungan mantan jenderal berdarah Madura. Penyebabnya sederhana, bahkan nyaris luput dari perhatian khalayak. Yaitu isi sambutan para pejabat negeri ini yang tidak menyinggung sedikitpun nama sesepuh Madura, M Noer.

Namun bagi mantan petinggi militer ini, luputnya M Noer dalam catatan sambutan gubernur bukan hal sepele. Mantan Komandan Jenderal Akabri, Laksamana (Purn) Abu Hanifah, bahkan menggap pemerintah sengaja menghilangkan sejarah Suramadu ketika tidak menyinggung keringat M Noer terhadap Suramadu dalam sambutannya.

Selain Hanifah, tujuh mantan jendral lain juga mengeluhkan hal yang sama. Yaitu Direktur BAIS, Brigjen (Purn) Poernomo, mantan Kasad, Jenderal (Purn) Wismoyo Arismunandar, mantan Kapolri Jenderal (Purn) Roesman Hadi, mantan petinggi Mabes Polri Brigjen (Purn) Abdul Aziz, mantan Kasad, Jenderal (Purn) Wismoyo Arismunandar, mantan Kasal Laksamana (Purn) Sutjipto, mantan kepala BASIS Brigjen Purn Ari Sudiwo.

“Kami semua kecewa mengapa Pak Noer seolah oleh diabaikan,” Hanifah. M Noer saat pembukaan kemarin memang duduk di kursi paling depan namun paling pojok bersebelahan dengan kursi mantan gubernur Imam Utomo. Di dalam susunan acara, Noer tidak dijadwalkan memberi sambutan mewakli sesepuh Madura. Padahal agenda ini sempat diperkirakan ada. Kenyataanya tidak hanya diberi panggung sambutan, Noer bahkan tidak disebut dalam sambutan, terutama sambutan gubernur.

Nama Alm Prof Ir Sediyatmo Memang disebut dalam sambutan menteri, Penemu teknologi pondasi cakar ayam ini merancang teknis jembatan yang menghubungkan Jawa dengan Sumatra, Madura dan Bali pada 1960-an. Pada 1986, Presiden kedua RI, Soeharto menamai tiga jembatan itu dengan Tri Nusa Bimasakti.

Namun menurut pengetahuan para mantan jenderal ini, M Noer adalah orang pertama yang memiliki gagasan menyambung Madura dengan Surabaya. Saat itu tahun 1960 dan mantan gubernur Jatim ini masih menjabat sebagai Patih Bangkalan. ” Prof Sediyatmo adalah ahli teknik yang menagkap ide itu dengan penghitungan teknik,” kata Poernomo.

Bagi para eks jenderal ini, M Noer begitu berkeringat memompa pemerintah untuk segera membangun Suramadu. Semua tokoh madura kerap berkumpul di rumah M Noer untuk mendorong proyek ini sampai membentuk Dewan Pembangunan Madura. Bahkan nama besar M Noer tidak isa dilepaskan dengan gagasan Suramadu.

Kata Poernomo, jika mencermati sambutan para pejabat kemarin, seolah-olah warga Madura pasif dan berposisi diberi hadiah oleh pemerintah. Padahal kata dia, mulai gagasan hingga dorongan politis dilakukan tokoh Madura dengan semnagat M Noer. “Meskipun jembatan ini secara teknis dilakukan ahli teknik,” kata Poernomo. (uca)

Sumber: Surya, Kamis, 11 Juni 2009

Labels: , ,

0 Comments:

Post a Comment

<< Home