Akses Suramadu Tahun ini Rampung


Nego dengan H Pi’i Masih Alot

Pembebasan lahan akses menuju Jembatan Suramadu dan pemindahan SDN Tanah Kali Kedinding I ditargetkan tuntas akhir 2008. Kepastian ini setelah empat orang pemilik bangunan rumah dan SDN Tanah Kali Kedinding I sudah melakukan pembicaraan ulang dengan Pemkot.

Bahkan, dua dari empat bangunan rumah sudah menyepakati harga yang ditetapkan panitia sembilan dari Pemkot dan Pemprop Jatim. “Kami optimis pada akhir 2008 nanti pembebasan lahan untuk akses Suramadu sudah selesai secara keseluruhan,” kata Asisten I Sekkota Dr B.F. Sutadi yang juga salah satu anggota tim panitia sembilan pembebasan lahan akses Suramadu, Jumat (5/9).

Menurutnya, dari empat pemilik bangunan rumah itu hanya tinggal milik H Pi’i dan saudaranya yang belum bisa dibebaskan. Sedangkan dua lain sudah menyepakati harga dari tim sembilan. Rumah H Pi’i yang lokasinya di sisi barat sungai Kedungcowek nantinya akan kena kepras jalan akses Suramadu secara keseluruhan. Hingga kini bangunan itu masih berdiri tegak. Bangunan rumah tembok itu digunakan H Pi’i untuk membuat besi kolom yang dimanfaatkan buat konstruksi bangunan.

Dengan adanya pembebasan lahan di jalan akses Suramadu yang lebarnya mencapai 20 meter, bangunan milik H Pi’I dan saudaranya kini berada di tengah-tengah jalan sisi barat atau di jalur menuju Suramadu. Sedang bangunan rumah di sisi barat bangunan milik H Pi’i sudah lebih dulu dibebaskan. “Kita sudah melakukan pendekatan kepada H Pi’i, tapi dia masih minta tanah dan bangunannya dibeli dengan harga pasar, yakni sekitar Rp 6 juta per meter persegi,” kata Sutadi.


Permintaan H Pi’i, ujarnya, sulit dipenuhi tim sembilan. Sebab, berdasarkan anggaran untuk pembebasan lahan akses Suramadu tim sembilan hanya bisa membeli dengan harga sekitar Rp 2,5 juta per meter persegi. Itu pun panitia sembilan masih menghargai adanya pohon, taman dan sejenisnya yang dimiliki warga.

Namun negosiasi dengan H Pi’i dan saudaranya hingga sekarang masih belum kelar. Akhirnya, Pemkot harus mengadakan pembicaraan ulang dengan pemilik tanah tersebut. Jika, H Pi’i tetap ngotot tidak mau menyerahkan bangunan dan tanahnya panitia sembilan akan menyerahkan masalahnya ke pengadilan. “Ini jalan terakhir,” katanya.

Dalam penanganan masalah pembebasan lahan melalui pengadilan tim tinggal menyerahkan dananya ke pengadilan. Selanjutnya, pengadilan yang menentukan harga tanah yang dimiliki H Pi’i dan saudaranya.

Tentang dua bangunan rumah yang berada di sisi timur kali Kedung Cowek memang belum dibongkar. Namun pemiliknya sudah mau bernegosiasi lagi. Artinya pemiliknya sudah melunak dan tinggal diadakan pembayaran.

Sedang gedung SD Negeri Tanah Kali Kedinding I sudah siap direlokasi. Bahkan, proses pemindahannya sudah dilelang ke masyarakat. Namun, pelaksanaan lelangnya masih belum lancar. Dalam pelaksanaan lelang ada dua investor yang mendaftarkan diri. Sementara kedua investor itu belum memenuhi kelayakan untuk membangunan SDN Kali Kedinding yang baru. Selanjutnya, Pemkot akan mengadakan lelang ulang setelah Lebaran. Kemudian, pemenang lelang melakukan relokasi gedung. “Lokasinya sudah ada cuma pemenang lelang pembangunan gedungnya masih perlu diulang,” tambahnya.

Pantauan di lokasi, rumah H Pi’i sekarang berada di tengah jalan sendirian. Kedua rumah itu tampak seperti berada di pulau jalan. “Ya kondisinya seperti ini sekarang,” kata seorang karyawan H Pi’i.

H Pi’i sendiri mengaku belum pindahnya dia dari Jl. Kedung Cowek karena proses ganti ruginya belum sesuai. Pihaknya merasa keberatan jika tanah dan bangunannya dibeli dengan harga sesuai nilai jual obyek pajak (NJOP) sekitar Rp 2,5 juta. Meski tetangganya sudah melepaskan tanahnya, tapi dia tetap akan bertahan. “Kami akan bertahan sampai ada kesepakatan harga,” katanya.

Menurutnya, harga yang ditetapkan pemerintah masih sangat kecil. Jika rumah dan bangunannya sudah rata dengan tanah dia khawatir tidak bisa membeli tanah di tempat lain mengingat harga tanah di tempat lain nilainya sudah mencapai Rp 3 juta per meter persegi.

Jalan Sudah Bagus

Saat ini kondisi akses Suramadu, khususnya di Jl. Kedung Cowek sudah tampak dua arah. Jalan tersebut dibuat dari beton dengan ketebalan sekitar 40 cm. Kemudian, saluran air di tepi jalan dibuat saluran beton pabrikan.

Para pekerja proyek jalan itu bekerja lembur siang dan malam. Ada yang sedang mengecor jalan, ada yang mengatur arus lalu lintas dan membuat kolom besi konstruksi dan lainnya. “Kita bekerja nonstop mas,” kata pekerja proyek di sana.

Kondisi beton jalan di sana belum selesai secara keseluruhan, sehingga arus kendaraan sering mengalami macet. Bahkan, tidak hanya itu warga di sekitar lokasi sempat mengeluhkan debu yang ditimbulkannya mengingat debu pembangunan jalan akses itu beterbangan dan menimpa rumah warga. “Debunya luar biasa pak, saya sering klagepen,” ujar Udin warga Jl. Kedung Cowek. (pur)

Sumber: Surabaya Post, Jumat 05/09/2008

0 Comments:

Post a Comment

<< Home