Kongres Mahasiswa Nyaris Baku Hantam

Kongres mahasiswa Universitas Wiraraja (Unija) nyaris baku hantam kemarin. Pasalnya, ada dua kelompok yang berbeda pendapat. Satu kubu menghendaki kongres dibubarkan dengan alasan inkonstitusional. Kubu lainnya menghendaki kongres dilanjutkan karena sah menurut aturan kampus.

Pantauan Koran ini, suasana pra-kongres memang beda. Buktinya, mahasiswa yang mengikuti kongres terpecah tiga. Yakni, kubu yang anti kongres, pro-kongres, dan kelompok netral. Saat masuk ruangan kongres, mereka juga duduk di berkelompk sesuai kubunya masing-masing. Ketika panitia memulai pembukaan kongres, interupsi pun bermunculan dari kubu yang anti-kongres.

Dari situ, ketegangan bermunculan. Itu karena kubu anti-kongres minta kongres dibubarkan. Tetapi, kubu pro-kongres tetap ingin melangsungkan kongres. Kedua kubu sama-sama ngotot dan berdiri berhadap-hadapan di antara urat leher dan poster.

Untungnya, perang urat leher ini sempat dilerai mahasiswa senior yang netral. Kongres akhirnya diskorsing untuk memunculkan kata sepakat. Tetapi, kata sepakat gagal dicapai dan kelompok anti kongres memilih walk-out dari arena kongres.

Kepada wartawan, ketua kelompok anti-kongres Halili mengaku kecewa pada panitia. Menurutnya, seharusnya kongres batal demi hukum dan peraturan kampus. Saat pemilihan presiden mahasiswa tahun lalu, katanya, kongres diikuti semua mahasiswa. Tetapi, kongres kemarin hanya diikuti perwakilan mahasiswa fakultas dan UKM (unit kegiatan mahasiswa). Mengacu pada statuta kampus, Halili katakan kongres tidak sah jika hanya melibatkan segelintir mahasiswa.

Dia menuding panitia memiliki kebijakan yang tendensius dalam pelaksanaan kongres. Pasalnya, mahasiswa berambut kriting ini menduga panitia berkubu dengan kelompok status quo (presiden mahasiswa demisioner). Karena itu, kubu anti-kongres yang menamakan kelompok penyelemat mahasiswa Unija (KPMU) menganggap lebih baik walk-out dari kongres yang dipaksakan. Alasannya, panitia kongres telah mempraktekkan cara orde baru dan anti-reformasi.

"Kami (KPMU) tidak ikut bertanggungjawab atas hasil kongres ilegal ini," terangnya.

Dikonfirmasi terpisah, Sekretaris Panitia Kongres Kholish menilai aksi KPMU mengada-ada. Berdasarkan petunjuk pimpinan Unija, katanya, kongres tahun ini dibuat sederhana. Diantaranya, presma cukup dipilih perwakilan mahasiswa fakultas dan UKM. Menurut dia, panitia hanya melaksanakan tugas pasca demisionernya presma sebelumnya.

Kholish menilai aksi KPMU sebagai hal wajar sebagai bagian dari demokratisasi di kampus. Perwakilan mahasiswa, sambungnya, telah diundang sesuai kapasitasnya sebagai eksekutif di fakultasnya masing-masing dan UKM di internal kampus. Dia menganggap undangan berhak untuk datang atau tidak hadir dalam kongres. "Mereka (KPMU) juga punya hak untuk memilih atau tidak memilih dalam kongres," paparnya.

Sementara dosen senior Unija Hidayat Adiyanto hadir untuk membuka kongres. Menurutnya, dia hadir untuk melaksanakan tugas pimpinan Unija. Dia yakin kongres memiliki rujukan aturan internal kampus. Itu sebabnya, dia tidak ingin terjebak pada anti atau pro kongres. Selain itu, dia akui hadir untuk sambutan dalam rangka digelarnya kongres mahasiswa. "Saya hadir (di kongres) karena perintah pimpinan," terangnya. (abe)

Sumber: Jawa Pos, Minggu, 27 Juli 2008

0 Comments:

Post a Comment

<< Home