Adiluhungnya Karya Empu Madura
Ratusan Benda Pusaka Kerajaan Dipamerkan
Bangkalan, Jawa Pos - Sedikitnya 200 buah benda pusaka peninggalan kerajaan dipamerkan kepada masyarakat umum. Benda bernilai sejarah yang dipamerkan terdiri dari keris, tombak, dan benda antik lainnya, seperti batu meteor, tasbih kaukah, hingga mangkuk peninggalan dinasti di Tiongkok.
Pameran pusaka nusantara tersebut digelar Paguyuban Pagar Madu Oro Bangkalan selama 3 hari di Pendapa Pratanu Jl Soekarno-Hatta Bangkalan. Ratusan keris dan tombak yang dipamerkan merupakan karya empu ternama pada zaman kerajaan. Seperti keris karya Empu Supo Anom, Empu Braja Guna, dan empu lain dari Madura.
Menurut Sekretaris Nasional Perkerisan Indonesia (SNKI) Drs Agustinus Santoso, karya adiluhung nenek moyang telah mendapat penghargaan dari Unesco (badan di PBB). Itu artinya, dunia telah mengakui kepiawaian para leluhur untuk menciptakan karya yang sangat bernilai.
"Dunia sudah mengakui karya adiluhung nenek moyang kita. Betapa leluhur kita mampu membuat pusaka dari bahan metal berkualitas. Dan, itu dilakukan pada zaman dahulu sebelum kita mengenal ilmu metalogi," kata Agus kepada wartawan di sela-sela pameran benda pusaka.
Sementara itu, Bupati Bangkalan Fuad Amin meminta paguyuban Pagar Madu Oro mampu melestarikan benda-benda pusaka peninggalan leluhur. Sebab, kini banyak pusaka yang tidak asli. "Saya sangat prihatin. Banyak benda pusaka bersejarah dipalsu. Tapi benda pusaka yang asli malah dilebur menjadi clurit," kata Fuad. Karena itu, sambungnya, pemkab akan membangun museum untuk menyimpan benda pusaka. "Kalau ada kolektor yang mau menitipkan benda pusaka, silakan. Saya jamin tidak akan hilang," tandasnya.
Sementara itu, Ketua Paguyuban Pagar Madu Oro R Abd Hamid Mustari mengatakan, 200 pusaka yang dipamerkan terdiri dari 2 jenis. Yakni, kalawija yang merupakan pusakan peninggalan kerajaan Sultan A. Kadirun dan peninggalan empu pada zaman setelah kerajaan. "Pusaka merupakan salah satu peninggalan budaya bangsa yang sangat langka. Dan, itu sudah selayaknya dilestarikan. Sebagai bagian dari bangsa Indonesia, kami merasa ikut berkewajiban untuk melestarikan pusaka," tegas Hamid yang merupakan keturunan kelima Sultan A. Kadirun. (tra)
Sumber: Jawa Pos, Kamis, 15 Feb 2007
0 Comments:
Post a Comment
<< Home