Mantan Gubernur Jatim M. Noer Masuk Rumah Sakit

Tak Mau Banyak Makan, Kekurangan Natrium

Tahun ini keluarga besar mantan Gubernur Jatim M Noer terpaksa melanjutkan Lebaran di rumah sakit. Sebab, sesepuh masyarakat Jatim itu harus dibawa ke RS karena kondisinya menurun.

PAK Noer, begitu dia disapa, masuk ke RS Darmo, Surabaya, pada hari pertama Lebaran, Minggu, 20 September. Namun, kemarin siang (23/9), kondisinya berangsur membaik.

Saat dijenguk di ruang intensive care unit (ICU), pria yang akan berusia 92 tahun pada 13 Januari mendatang itu minta disuapi makan. Mashudi, ajudan yang menemani Pak Noer, segera menghubungi beberapa anak Pak Noer yang menunggu di luar ruang. Fenny Herawaty atau kerap disapa Waty, anak Pak Noer, segera mengambil kotak makan bening bertutup biru yang berisi satu teri goreng tepung dan setengah butir telur asin.

Menurut Waty, sang bapak kekurangan natrium sehingga badannya lemas. Karena itu, Pak Noer disarankan mengonsumsi makanan yang bisa menyumbang asupan natrium untuk tubuhnya. "Sampai-sampai dokter Abdus Syukur yang merawat bapak bilang, baru kali ini ada orang Madura yang kekurangan garam," ujar anak keenam pasangan M. Noer dan Mas Ayoe Rachma tersebut, lalu tertawa kecil.

Waty menceritakan, kondisi sang ayah menurun sejak beberapa hari menjelang puasa. Itu terlihat dari sikapnya yang tidak banyak bicara dan sering tidur. "Padahal, bapak biasanya suka cerita," tutur perempuan yang kemarin (23/9) mengenakan penutup kepala khas berwarna biru itu. Saat Lebaran, Pak Noer masih salat Idul Fitri. Namun, dia sudah tidak kuat menerima banyak tamu yang datang ke kediamannya di Jalan Anwari.

Untung, karena bertepatan dengan Lebaran, delapan anak Pak Noer berkumpul di Surabaya. Mereka lalu berbagi tugas. Ada yang menunggui sang bapak di ICU. Ada juga yang menunggui sang ibu yang berjaga di kamar yang terletak di paviliun 7 tersebut. Sisanya menunggu di rumah. Acara mudik ke Madura yang mestinya berlangsung kemarin terpaksa dibatalkan.

Diduga, kondisi kakek 21 cucu itu menurun karena tidak mau makan. Padahal, Pak Noer ngotot untuk puasa. "Kalau saya dosa, siapa yang nanggung?" kata Waty menirukan ucapan sang bapak. Saat berbuka, Pak Noer hanya mau mengonsumsi sebutir kurma, segelas air, dan sedikit makanan kecil. Setelah itu, dilanjutkan salat Magrib, istirahat, dan salat Tarawih. Sahur dan makan seperti biasa. Tapi, porsinya sangat sedikit.

Keluarga pernah membujuk Pak Noer untuk menghentikan puasa. Namun, pria yang mencetuskan ide pembangunan Jembatan Suramadu tersebut menolak. Tak mau menyerah, keluarga meminta bantuan beberapa teman dekat untuk membujuknya. Akhirnya, Pak Noer bersedia berhenti puasa dan mau menghitung jumlah fidiah yang harus dibayar. "Tapi, tetap saja kondisinya sudah agak turun," terang Waty.

Saat ini, keluarga berharap agar kondisi sang bapak terus membaik. "Semoga dalam beberapa hari ini Bapak bisa pindah ke kamar lagi," ujar Waty. Karena itu, mewakili keluarga, dia berharap agar masyarakat Jatim bersedia membantu dengan doa. "Siapa tahu doa banyak orang bisa mempercepat kesembuhan Bapak," ucapnya. (any/tia)

Sumber: Jawa Pos, Kamis, 24 September 2009

Labels: ,

0 Comments:

Post a Comment

<< Home