Dewan Sidak Tembakau

Kalangan anggota DPRD Pamekasan melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke sejumlah gudang pembelian tembakau, Senin (31/9) siang. Ini merupakan kinerja pertama, meski belum terbentuk fraksi dan komisi serta kelengkapan lainnya di lembaga DPRD setempat.

Sidak dipimpin langsung Ketua sementara DPRD Pamekasan Iskandar SPi.

“Kita memang belum terbentuk struktur alat alat kelengkapan dewan. Namun adanya keluhan masyarakat, tidak tak tahan membiarkannya. Nah, daripada duduk duduk di kantor, kami ajak teman teman melakukan sidak yang hasilnya kita serahkan ke eksekutif untuk ditindak lanjuti,” kata Iskandar.

Kegiatan sidak itu diikuti 25 orang, dua diantaranya adalah anggota dewan lama yang duduk kembali, yakni H Imam Hosairi dari PKB dan Malkan dari Partai Golkar. Rombongan Sidak dibagi menjadi 3 kelompok dengan arah dan sasaran gudang yang lokasinya berbeda.

Dari sejumlah gudang yang dikunjungi diketahui ada gudang yang sudah akan tutup karena jatah pembelian tembakau petani sudah terpenuhi. Misalnya gudang ACI,-- yang mendapat kuasa pembelian dari PT Sampoerna, merencanakan tutup dalam waktu dua atau tiga hari ke depan. Dari jatah 1.100 ton, perusahaan itu sudah membeli sekitar 850 ton tembakau. Sementara gudang Sampoerna justru masih lama melakukan pembelian karena kuotanya belum tercapai.

Terkait masalah ini, anggota dewan menyarankan agar pihak gudang mengikuti ketentuan Perda Tata Niaga Tembakau soal waktu buka dan tutup gudang. Dewan mengusulkan agar gudang meminta tambahan jatah pembelian karena tembakau di lapangan masih banyak belum panen.

Yang cukup menarik adalah gudang tembakau pemegang kuasa pembelian PT Djarum. Gudang milik Toyyibin ini melakukan pembelian tanpa batas waktu selama cuaca baik dan kualitas tembakau petani memenuhi standart yang ditetapkan PT Djarum.

Soal harga, disesuaikan dengan kualitas tembakau. Di gudang Sampoerna misalya harga tertinggi mencapai Rp 23 ribu per kg dan terendah Rp 13 ribu per kg. Sedangkan di gudang Djarum terlihat harga terendah Rp 15 ribu per kg dan tertinggi mencapai Rp 26 ribu per kg. Secara umum banyak tembakau dibeli murah karena kualitas yang menurun dibandingkan musim panen tahun lalu. (mas)u

Sumber: Surabaya Post, Selasa, 1 September 2009

Labels: ,

0 Comments:

Post a Comment

<< Home