Uji Coba Suramadu Sukses

Uji Coba Suramadu
foto: Jawa Pos

10 Juni Siap Diresmikan

Meski pembangunan Jembatan Surabaya-Madura (Suramadu) masih kurang sekitar satu persen lagi, mulai kemarin (6/6) jembatan sepanjang 5,4 km tersebut sudah bisa dilintasi kendaraan. Karena itu, hampir bisa dipastikan 10 Juni nanti pengoperasian Suramadu bisa diresmikan.

Kepastian tersebut terungkap setelah tim pelaksana proyek kemarin melakukan uji coba melintasi jembatan yang menghubungkan Pulau Jawa dengan Pulau Madura itu. Uji coba dipimpin langsung oleh Direktur Jenderal (Dirjen) Bina Marga Departemen PU Hermanto Dardak. Hasilnya, meski masih ada beberapa bagian yang kurang, Jembatan Suramadu dinyatakan sudah bisa dioperasikan mulai 10 Juni mendatang.

Dalam uji coba itu, Hermanto didampingi pelaksana proyek Suramadu yang dipimpin Kepala Balai Besar Jalan dan Jembatan Nasional V A.G. Ismail serta para pimpro megaproyek tersebut. Uji coba yang dimulai pukul 07.00 itu dilakukan dalam dua sesi.

Sesi pertama, rombongan melintas menggunakan sepeda motor di jalur khusus dari arah sisi Surabaya ke sisi Madura. Setelah itu, sesi kedua dilanjutkan dengan uji coba menggunakan mobil lewat jalur tengah menuju arah sebaliknya.

"Tadi bisa dilihat sendiri kan? Secara umum, Suramadu sudah selesai dan bisa dilewati. Tinggal menyelesaikan beberapa bagian," kata Hermanto setelah uji coba. Ekspresi wajahnya tampak puas.

Menurut dia, praktis penyelesaian Suramadu tinggal beberapa bagian kecil saja. Pada bagian causeway, pelaksana proyek tinggal membenahi beberapa rambu jalan serta pembatas jalan yang belum terpasang.

Demikian pula di bentang tengah, tinggal beberapa pekerjaan yang kurang. Di antaranya, pengaspalan box girder dan pemasangan beberapa pembatas jalan yang belum rampung.

Seperti apa sih rasanya melintasi jembatan yang membentang di atas Selat Madura itu? Jawa Pos kemarin ikut dalam uji coba tersebut menggunakan sepeda motor. Secara umum, perjalanan cukup lancar. Saat melintas di sisi causeway hingga approach bridge yang lantai jembatannya berupa beton, masih terasa sedikit bergelombang. Baru setelah sampai di area main bridge, alas betonnya dilapisi aspal, rasanya lebih halus.

Yang terasa berbeda adalah embusan angin laut yang cukup kencang dirasakan pengendara. Akibatnya, laju sepeda tidak bisa normal seperti di jalan raya. Apalagi, saat motor dipacu dengan kecepatan lebih dari 60 km per jam, kendaraan akan sedikit bergoyang dan tidak stabil. Baru ketika kecepatan diturunkan jadi 40 km/jam, laju motor terasa lebih stabil.

Hermanto mengakui semua kondisi tersebut. Menurut dia, kondisi seperti itu merupakan karakteristik jika kendaraan melintasi jembatan di atas laut. Di sepanjang Suramadu, kecepatan angin berkisar 5-6 meter per detik. "Nah, agar bisa nyaman melintas di Jembatan Suramadu, kecepatan maksimal yang dianjurkan 40 km/jam. Di atas itu, kendaraan tidak bisa stabil," katanya.

Demikian pula saat melintasi jalur mobil. Jika dipacu terlalu kencang, mobil tidak bisa stabil karena terkena terpaan angin laut. "Karena itu, saat melintas di Suramadu, hendaknya pengendara menggunakan kecepatan normal, sekitar 60 km/jam," tegasnya.

Bagaimana dengan tarif tol Suramadu? Hermanto belum bisa memastikan. Menurut dia, pembahasan tarif masih berlangsung dan sudah masuk tahap akhir. "Yang jelas di bawah tarif feri," ujarnya.

Tolak Masuk BPWS

Sementara itu, rencana pemerintah pusat menggandeng Pemkot Surabaya dalam pengembangan wilayah Suramadu, tampaknya, tidak berjalan mulus. Sebab, sampai kemarin Wali Kota Bambang D.H. masih menolak masuk dalam Badan Pengembangan Wilayah Suramadu (BPWS). Alasannya, BPWS bertentangan dengan prinsip-prinsip otonomi daerah.

Bambang menjelaskan, pihaknya akan meletakkan permasalahan BPWS secara proporsional. Menurut dia, jika pengelolaan Suramadu ditangani BPWS, semua akan kembali ke pusat. Segala proses perizinan yang berkaitan dengan pengembangan Suramadu akan ditangani pemerintah pusat. Padahal, selama ini semua cukup ditangani pemerintah kabupaten/kota.

Dia berharap pengembangan Suramadu diserahkan kepada daerah sesuai semangat otonomi daerah. "Biarlah dikelola daerah karena selama ini telah menjadi sumber pemasukan bagi kami," ungkap Bambang setelah membuka workshop pendidikan ramah bagi anak di Hotel Singgasana kemarin.

Tapi, soal penataan ruang di sekitar Suramadu, pihaknya akan mendukung penuh. "Kalau soal penataan ruang, pemkot siap mendukung. Tak ada masalah," katanya.

Menurut dia, selama ini pembangunan di daerah belum merata. Karena itu, dengan adanya Jembatan Suramadu, diharapkan pembangunan bisa dirasakan di daerah-daerah yang belum tersentuh. "Bukan hanya Surabaya yang berkembang, tapi daerah lain juga harus berkembang," tegasnya.

Dia menuturkan, sudah saatnya pembangunan bisa dirasakan daerah-daerah lain. Tidak menumpuk di Surabaya saja. "Seperti gula dengan semut. Gula itu bisa dibagi ke daerah-daerah lain," ungkapnya.

Setelah Surabaya-Madura tersambung, diharapkan keduanya bisa berbagi peran untuk saling melengkapi. Jika Madura ingin membangun terminal peti kemas, misalnya, jangan sampai kemudian berebut pasar dengan Surabaya.

"Kedua daerah harus melengkapi satu sama lain. Karena itu, pembangunan kedua daerah harus bisa saling terintegrasi," tuturnya. (ris/lum/ari)

Sumber: Jawa Pos, Minggu, 07 Juni 2009

Labels: ,

0 Comments:

Post a Comment

<< Home