Orang Madura Merasa Didiskreditkan

Fitnah Vandalism di Jembatan Suramadu

foto: Surya

Beberapa tokoh Madura mengaku kecewa terkait pernyataan pihak proyek Suramadu mengenai hilangnya baut dan lampu jalan di Jembatan Suramadu. Hal itu dinilai menyudutkan dan mendiskreditkan orang Madura secara menyeluruh. Di antara mereka langsung mengklarifikasi kabar tersebut ke pihak proyek yang kemarin mengadakan rapat terkait hal itu. Hasilnya, tak ada satu pun baut atau lampu yang hilang dari jembatan terpanjang di Indonesia itu.

Ketua Harian Dewan Pembangunan Madura (DPM), Ahmad Zaini MA kepada koran ini mengatakan, pihaknya telah mengklarifikasi kabar hilangnya baut dan lampu di Suramadu pada Kepala Balai Besar Jalan Nasional Regional V, A.G. Ismail. "Saya sudah hubungi Ismail itu supaya tidak bicara sembarangan yang menyudutkan orang Madura," tegasnya.

Dalam percakapan itu, sambungnya, Ismail menyatakan permintaan maafnya. Sebab, baut dan lampu yang awalnya dinyatakan hilang ternyata memang belum dipasang karena desakan peresmian jembatan 10 Juni lalu. Sehingga pemasangan beberapa baut dan lampu harus ditunda. "Jadi semua itu (peresmian, Red) karena dipaksa. Di lapangan kemudian ada miss komunikasi antara Jasa Marga dan pihak proyek. Yang dikira hilang ternyata memang belum dipasang," ungkapnya.

Dijelaskan, pihaknya telah meminta pihak proyek meluruskan apa yang telah disampaikan oleh Ismail. Sebab, telah banyak orang Madura tersinggung karena pernyataan tersebut.

Harun Al-Rasyid yang juga dari DPM menambahkan agar pihak proyek memahami kondisi di Madura. "Ismail seharusnya tidak ceplas-ceplos seperti itu. Dia mungkin lupa dulu pernah saya maki-maki karena kasus baut dan besi yang ternyata dicuri sama pekerjanya sendiri. Saat itu dia juga sempat menuduh orang Madura," paparnya.

Pada koran ini dia juga mengungkapkan peresmian yang dipaksakan adalah penyebab munculnya statement dan kabar tidak sedap itu. Berbagai ketidaksiapan proyek menyelesaikan pekerjaannya akhirnya menjadi masalah yang konotasinya dialamatkan pada warga Madura.

Senada, Koordinator Badan Silaturahmi Ulama Madura (BASRA) KH. Nuruddin A. Rahman mengatakan, seharusnya jembatan Suramadu diresmikan tiga bulan lagi. "Itu kalau mau benar-benar siap, bukan karena kepentingan politik tertentu," tandasnya.

Menurut dia, berbagai ketidaksiapan Suramadu akhirnya sangat merugikan orang Madura. Mulai dari isu yang menyudutkan orang Madura hingga semua ketidakpastian terkait pemanfaatan jembatan. "Tuduhan pada orang Madura karena kehilangan-kehilangan itu bukan yang pertama kali. Dulu waktu Suramadu kehilangan timah saya sudah peringatkan agar tidak ber-statement yang mendiskreditkan orang Madura. Dan terbukti ternyata memang bukan dicuri tapi disimpan sendiri," urainya.

Terkait pemanfaatan jembatan, Anggota DPD RI dari Jatim ini juga sangat menyesalkan pihak pengelola jembatan. Sebab, pemberlakuan tarif jembatan selalu berubah dari jadwal. "Katanya mau digratiskan dua minggu, lalu satu minggu. Tidak satu minggu jadi tiga hari dan besok (hari ini, Red) jam 07.00 diberlakukan. Ini ada berita lagi akan diberlakukan mulai dini hari," sesalnya. Kiai ini khawatir berbagai ketidakpastian terkait jembatan akan terus menerus terjadi dan mengecewakan orang Madura. (nra)

Sumber: Jawa Pos, Rabu, 17 Juni 2009

Labels: ,

0 Comments:

Post a Comment

<< Home