Hilangnya Mur Tak Berpengaruh Pada Kekuatan Konstruksi Suramadu
Hilangnya mur pagar pembatas antara jalan sepeda motor dan kendaraan roda empat di bentang tengah Jembatan Surabaya-Madura (Suramadu), tidak memengaruhi kekuatan konstruksi jembatan yang dibuka sejak 10 Juni lalu itu.
“Mur yang hilang itu terdapat pada pagar yang berfungsi sebagai pembatas keamanan pengendara. Sehingga secara umum tidak mengganggu konstruksi jembatan,” kata Kepala Satuan Kerja Bentang Tengah Jembatan Suramadu, Atiyanto Busono, di Surabaya, Kamis (18/6).
Ia juga mengatakan, akibat hilangnya 13 buah mur tersebut sebagian pagar pembatas goyang karena sistem pengunciannya terganggu.
“Agar hal itu tidak terulang, pelaksana proyek akan mengelas mur yang menempel pada baut agar lebih rapat dan tidak hilang lagi,” kata Atiyanto.
Pengelasan itu merupakan bentuk kegiatan pemeliharaan jembatan dan bukan berarti pelaksanaan konstruksi proyek belum selesai.
Ia menduga, mur tersebut hilang akibat ulah orang-orang iseng. Hilangnya mur tersebut terjadi saat jembatan dioperasikan secara gratis.
“Saat itu masyarakat banyak yang ingin mengetahui jembatan secara langsung dan mereka berhenti di bentang tengah untuk berfoto atau melakukan kegiatan lainnya,” katanya seraya menambahkan, pengelasan tersebut berlangsung selama sepekan.
Selama setahun, Jembatan Suramadu masih dalam masa pemeliharaan oleh pihak kontraktor. Sehingga jika terdapat kejadian serupa, maka kontraktor yang akan langsung melakukan penanganan.
Mengenai hilangnya 42 lampu, Atiyanto mengatakan, bahwa lampu yang hilang tersebut bukan lampu penerangan jalan umum. “Lampu tersebut adalah lampu penerangan pada box girder yang hanya dinyalakan saat petugas melakukan inspeksi pemeliharaan,” katanya.
Sama dengan mur, lampu tersebut hilang pada saat jembatan dioperasikan secara gratis. Petugas lupa mengunci pintu masuk box girder. Meskipun harga lampu tersebut tidak mahal, pengamanan pintu box girder kini diperketat. Pengamanan juga dilakukan oleh petugas PT Jasa Marga selaku operator Jembatan Suramadu dan petugas kepolisian di sekitar jembatan.
Atiyanto juga mengimbau masyarakat tidak mencorat-coret lapisan kabel baja jembatan yang berfungsi sebagai pengaman dari karat dan pengeroposan.
“Apabila lapisan luar kabel tersebut mengelupas, maka lapisan dalam kabel akan mudah mengeropos dan mempengaruhi kekuatan kabel penyangga jebatan,” katanya.
Sejak tarif tol diberlakukan per 13 Juni 2009, para pengguna jalan sudah tidak diperkenankan lagi berhenti di bentang tengah maupun jalur lainnya di sepanjang jembatan.
Sementara itu, Gubernur Jatim, Soekarwo, meminta masyarakat Madura dan sekitarnya untuk turut menjaga kelestarian jembatan yang pembangunannya menelan dana Rp 4,5 triliun itu.
“Itu jembatan milik kita. Selain menjadi sumber kehidupan, jembatan itu juga menjadi sumber penghidupan. Makanya semua masyarakat, khususnya warga Madura harus menjaga kelestariannya,” katanya. (ant)
Sumber: Surya, Kamis, 18 Juni 2009
0 Comments:
Post a Comment
<< Home