Harus Revisi UU Dulu

Rencana Motor Lewat Suramadu

Jembatan Suramadu (Surabaya-Madura) hampir rampung. Bentang tengah pun sudah tersambung. Kini pemerintah pusat berancang-ancang menjadikan Suramadu sebagai jalan tol. Tapi, masih ada beberapa hal yang mengganjal.

Salah satu masalah yang mendapat sorotan adalah soal boleh tidaknya sepeda motor melintas di jembatan sepanjang 5,4 km itu. Sebab, rencana tersebut masih menimbulkan pro-kontra. Karena itu, saat ini pemerintah menyiapkan beberapa rencana baru soal pemberlakuan status Suramadu yang dijadwalkan bisa dioperasikan akhir Juni nanti.

Seperti apa? Badan Pengelola Jalan Tol (BPJT) Departemen Pekerjaan Umum (PU) sudah memberikan sinyal positif soal membolehkan sepeda motor lewat di sana. Hanya, ada syarat yang harus dilakukan. Yakni, revisi UU 38/2004 tentang Jalan.

"Dalam UU itu, jalan tol hanya diperuntukkan bagi roda empat. Jika roda dua diperbolehkan, harus ada revisi UU terlebih dulu," kata Kepala BPJT Departemen PU Nurdin Manurung kepada Jawa Pos kemarin.

Menurut Nurdin, pihaknya tidak mempermasalahkan jika sepeda motor benar-benar bisa melintas di sana. "Itu kan sudah ada hitungannya. Jika sepeda motor boleh, pelaksana proyek pasti sudah memperhitungkan semua aspek. Termasuk keselamatan. Tinggal aturannya harus diubah," katanya.

Dalam UU tersebut dijelaskan, setiap jalan yang termasuk kategori tol, penggunaannya harus membayar. Artinya, jika sepeda motor nanti ditarik tarif khusus, sudah bisa dikatakan jalur itu sebagai tol, meskipun jalurnya terpisah.

Di Suramadu saat ini sudah disiapkan akses khusus sepeda motor. Letaknya di posisi paling pinggir (di sisi kanan dan kiri). Lebar masing-masing 2,75 meter. Untuk lebar total jembatan sendiri mencapai 30 meter (2 x 15 meter). Pembagiannya, untuk jalur lambat masing-masing dua meter dan jalur cepat tujuh meter di setiap lajur. Jalur sepeda motor dibuat terpisah dengan jalur roda empat.

Namun, lanjut Nurdin, jika yang dikenai tarif hanya kendaraan roda empat, jalur sepeda motor tidak masuk kategori jalan tol. "Beda kalau tidak ditarik. Dan itu kan tidak mungkin. Karena itu, bisa dikatakan Suramadu sebagai tol khusus," katanya.

Seperti diketahui, pengoperasian Suramadu bisa dikatakan sudah di depan mata. Pasalnya, progress pembangunannya tinggal sedikit lagi. Ini setelah bagian paling penting, yakni bentang tengah (main span) sudah tersambung pada Selasa malam lalu. Balok girder di bentang terakhir berhasil dipasang.

Di tempat terpisah, Departemen PU dan pelaksana proyek Suramadu memutuskan membahas ulang kepastian status Suramadu. "Dalam waktu dekat, kami segera berkonsultasi soal ini. Sebab, alasan yang disampaikan PU cukup masuk akal. Makanya, perlu ada pembahasan ulang," kata Kepala Balai Besar Jalan dan Jembatan Nasional V Departemen PU A.G. Ismail kemarin.

Menurut Ismail, alasan keselamatan yang dikhawatirkan Departemen PU jika sepeda motor lewat Suramadu cukup beralasan. "Makanya, kami minta masukan. Karena itu, ada beberapa opsi. Untuk sementara, saya belum bisa bicara banyak soal ini," katanya.

Hanya, Ismail memberikan sinyal jika nanti sepeda motor diperbolehkan lewat, sangat mungkin konstruksi jalan untuk sepeda dievaluasi ulang. Ini untuk menjamin para pengendara motor yang melintas di sana bisa lebih aman.

Seperti apa kemungkinan desain itu? Dirjen Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum Achmad Herwanto Dardak mengatakan, untuk keselamatan pengguna motor diperlukan desain jalan (jalan khusus motor) yang lebar plus perlindungan barier (pembatas) yang mumpuni. "Barier yang diperlukan ialah yang memiliki rongga besar, sehingga angin bisa disalurkan," ujar Herwanto.

Menurut Herwanto, jika sepeda motor boleh lewat, opsi yang bisa dilakukan adalah dengan sistem buka-tutup. Maksudnya, pada kondisi-kondisi tertentu, akses bisa ditutup sementara.

Walau begitu, Herwanto menjamin bangunan jembatan sendiri sudah siap dengan kondisi angin yang paling maksimal. "Untuk jembatan ini sendiri sudah kita desain dengan kecepatan maksimal, sekitar 20-27 meter/detik," tambahnya.

Selain itu, pelaksana proyek sudah menyiapkan sistem bernama structural health monitoring system (SHMS). Sistem ini untuk memantau kondisi jembatan secara otomatis.

Sementara itu, hingga kemarin progress jembatan nasional tersebut secara komulatif sudah selesai 93 persen. Rinciannya, causeway sisi Surabaya dan sisi Madura sudah 100 persen, jalan akses sisi Surabaya 100 persen, jalan akses sisi Madura 89,79 persen. Dan main bridge 85,32 persen, approach bridge 79,29 persen. (ris/gun/kum)

Sumber: Jawa Pos, Kamis, 02 April 2009

0 Comments:

Post a Comment

<< Home