STIKA Guluk-Guluk Mengembangkan Pendidikan

Didirikan Para Ulama, Didukung Penuh Masyarakat

Hari ini (10/10) STIKA (Sekolah Tinggi Keislaman Annuqayah) Guluk-Guluk melangsungkan upacara wisuda. Rapat senat terbuka kali ini merupakan upacara paling banyak diikuti wisudawan. Seluruh peserta upacara wisuda tahun akademik 2006/2007 mencapai 852 orang dari berbagai program studi (prodi) di sekolah tinggi ini.

Sore kemarin, sekitar pukul 15.00, ratusan wisudawan mengikuti gladibersih upacara wisuda di auditorium STIKA. Mereka berasal dari berbagai penjuru Madura dan sebagian diantaranya dari Jawa. Para wisudawan ini telah lulus dalam menempuh pendidikan di jenjang PGMI/TK, PGSD/MI, dan S1 dari berbagai prodi. Diantaranya, S1 PAI (Pendidikan Agama Islam), Muamalat, dan Tafsir Hadits.

Data di pusat informasi STIKA menunjukkan, 526 orang lulus PGSD/MI, 19 orang lulus PGTK/RA, 147 orang dari jurusan PAI, 18 orang lulus prodi muamalat, dan 27 orang lulus prodi S1 tafsir hadits. Semua wisudawan kemarin berkumpul di auditorium STIKA yang terletak di bukit Lancaran Guluk-Guluk. Ruangan berkapasitas sekitar 6 ribu orang itu selesai dibangun tahun lalu dan sudah ditempati upacara wisuda dua kali.

Di era 1980-an, STIKA bernama PTIA (Perguruan Tinggi Islam Annqayah). Perguruan tinggi berbasis pesantren ini kemudian terus berkembang dan namanya pun berubah. Dari PTIA menjadi STISA (Sekolah Tinggi Ilmu Syariah Annuqayah) dan STITA (Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Annuqayah). Kampus yang berada di pebukitan ini terus mendapat kepercayaan publik. Sampai akhirnya STISA-STITA ini berganti nama menjadi STIKA, sampai saat ini.

Berdasarkan sejarahnya, para ulama berperan banyak dalam pendirian perguruan tinggi ini. Diantaranya, KH Mohammad Amir Ilyas, KH Moh. Mahfudh Hosaini, KH Ahmad Basyir AS, dan KH Moh. Ashiem Ilyas termasuk para pendiri cikal-bakal STIKA tempo dulu.

Selain itu, KH Moh. Ishomuddin AS, KH A. Warits Ilyas, dan K Mohammad Hasan Basry juga termasuk pendiri. Karenanya, yayasan Annuqayah tak saja menaungi pendidikan dari TK sampai SLTA dan diniyah, tetapi yayasan juga mewadahi perguruan tinggi yang telah terakreditasi A ini.

KH Ahmad Basyir bertindak sebagai pembina yayasan. Sedangkan pimpinan STIKA dijabat empat orang. Yakni, KH A Mutam Muchtar (ketua), KH A. Washil Hasyim (PK I), KH Abbadi Ishom (PK II), dan K Muhammad Husnan AN (PK III). Yayasan, pimpinan, dan civitas STIKA terus berbenah untuk mengembangkan kampus.

Sekolah tinggi ini akhirnya melengkapi sarana pendidikannya dengan ruangan riset, laboratorium, auditorium, dan perpustakaan. Juga mengembangkan SDM dengan menguliahkan dosen hingga S3 (strata 3), baik di perguruan tinggi dalam maupun luar negeri.

Pembina yayasan KH Ahmad Basyir menyampaikan terima kasih kepada semua pihak. Sebab, merekalah yang telah membantu mengembangkan pendidikan yang ada di Anuuqayah, termasuk STIKA.

Ayah Dr Abd A’la ini menilai, perkembangan STIKA dalam tahap yang menggembirakan. Setidaknya, STIKA telah terakreditasi dengan nilai A sejak 2.000 lalu. Selain itu, penerimaan mahasiswa baru setiap tahun tak kurang dari 350 orang. "Alhamdulillah, STIKA sejak 2002/2003 telah memiliki lima jurusan," ujarnya.

Ketua STIKA KH A. Mutam Muchtar merasa pantas bersyukur karena ulama berhasil mewariskan lembaga pendidikan. Dia bilang, sejak zaman prakemerdekaan, ulama berada di garis depan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.

Mutam juga mengucapkan terima kasih kepada masyarakat yang terus-menerus mempercayai STIKA sebagai salah satu lumbung pendidikan. Tanpa dukungan banyak pihak, lulusan IAIN Sunan Ampel ini ragu sebuah lembaga pendidikan akan maju. "Sebab, pendidikan berkembang lantaran didukung masyarakat," urainya.

Dia minta wisudawan tak berhenti mencari ilmu karena menganggap dirinya telah diwisuda. Dikatakan, wisuda tak lebih sebagai tanda bahwa seseorang lulus di salah satu jenjang pendidikan. Jika memungkinkan, Mutam menyarankan agar wisudawan terus menempuh pendidikan di tingkatan yang lebih tinggi.

Dia menyadari bahwa warga negeri ini mengalami berbagai musibah, seperti lumpur Lapindo, tsunami Aceh, maupun gempa Jogja. Implikasinya, bencana tersebut dapat menghimpit situasi ekonomi. "Tapi, insya Allah selalu ada jalan keluar bagi siapa pun yang sabar dalam menuntut ilmu," ujarnya.

Dijadwalkan hadir pada upacara wisuda hari ini, antara lain ulama pesantren se Madura. Jajaran muspika, muspida, pimpinan perguruan tinggi, dan instansi terkait di lingkungan Pemkab Sumenep juga diundang. (ABRARI)

Sumber: Jawa Pos, Sabtu, 10 Nov 2007

1 Comments:

At 10:26 PM, Anonymous Telkom University said...

Berdasarkan data dari pusat informasi STIKA, berapa jumlah total wisudawan dari program studi PGSD/MI, PGTK/RA, PAI, muamalat, dan S1 tafsir hadits? Selain itu, di mana lokasi auditorium STIKA yang digunakan untuk upacara wisuda kemarin, dan berapa kapasitasnya?
Regard Telkom University

 

Post a Comment

<< Home