Pasar Anom Terbakar

Ratusan Kios Dilalap Api

Musibah kebakaran pasar kembali terjadi di tanah air. Kemarin giliran Pasar Anom yang terletak di pusat Kota Sumenep terbakar. Ratusan kios yang terletak di Blok A hangus dilalap si jago merah.

Tidak ada korban jiwa akibat kebakaran ini. Hanya tiga pedagang mengalami luka. Mereka adalah Riskiyaningsih, warga Desa Pandian; H Mardin, Kelurahan Bangselok; dan H Holil, Desa Kolor.

Riskiyaningsih luka kepalanya akibat kejatuhan balok kayu. H Mardin juga luka kepalanya akibat kena pecahan kaca. Sedangkan H Holil luka robek akibat paku bangunan. Ketiga korban kemudian diobati di RSD Moh. Anwar Sumenep.

Kebakaran terjadi sekitar pukul 04.30. Sampai pukul 07.00 api masih belum bisa dikuasai. Akibat jilatan api selama tiga jam ini, sedikitnya 85 kios di Blok A-K dan 44 kios ludes di Blok A-S dilalap api. Sedangkan 45 kios di blok A-T sebagian yang hangus.

Berdasarkan pantauan koran ini di lokasi, pada pukul 05.15 kobaran api terlihat cukup besar. Asap tebal dan hitam mengepul. Langit pun terlihat seperti mendung. Sedangkan para pemilik kios terlihat sibuk menyelamatkan barang dagangan.

Ironisnya, jumlah mobil pemadam kebakaran yang berada di lokasi minim. Dari dua mobil pemadam kebakaran milik pemkab, hanya satu mobil yang berfungsi. Jauhnya lokasi pengambilan air juga membuat upaya pemadaman api tidak efektif. Api terus berkobar dan sulit dikendalikan.

Namun, beberapa menit kemudian dua mobil PDAM membantu menyuplai air ke tangki mobil pemadam. Hanya, ironisnya lagi, kabupaten ini tidak mempunyai petugas PMK. Sehingga, ketika mobil PMK tiba, hanya warga dan pemilik kios yang mengoperasikan alat pemadam itu.

Keterbatasan sarana dan petugas pemadam memaksa pemilik kios, warga, dan aparat kepolisian bahu-membahu memadamkan kobaran api dengan ember dan peralatan seadanya. Namun, mereka sulit menjangkau beberapa titik api karena terkendala gang yang sempit.

Upaya pemadaman juga bertambah sulit, karena di kios-kios yang terbakar terdapat sejumlah barang-barang yang mudah terbakar. Maklum saja, kios yang terbakar secara kebetulan merupakan blok dagangan sepatu, sandal, barang pecah belah, elektronik, dan jam.

Untungnya, api yang membakar pasar yang dibangun pada 1995 lalu ini berhasil dilokalisasi. Beberapa tembok kios terpaksa dirobohkan untuk mematikan titik api. Sehingga, api tidak merembet ke blok lain. Pada pukul 07.45 api baru bisa dipadamkan.

Petugas kepolisian yang berada di lokasi belum bisa memastikan penyebab kebakaran Pasar Anom. Namun, beberapa saksi di lokasi kebakaran menyebut sumber kebakaran diduga akibat hubungan pendek arus listrik.

Petugas keamanan Pasar Anom, Sumoyanto, yang ditemui koran ini di lokasi mengaku, melihat api kali pertama berasal dari salah satu kios yang berada di Blok A-T. Tepatnya dari Toko Sahabat yang menjual sepatu dan sandal. "Awal api dari Toko Sahabat akibat arus pendek (listrik). Saya berusaha memadamkan api. Namun, tidak bisa karena keterbatasan air," katanya.

Tapi, pihak kepolisian belum menyimpulkan penyebab kebakaran itu. Kapolres Sumenep AKBP Drs Darmawan yang ditemui koran ini di lokasi kebakaran mengatakan, pihaknya masih menyelidiki penyebab kebakaran tersebut.

Untuk menemukan penyebab kebakaran kios berukuran antara 4 x 6 meter dan kios 2 x 2 meter itu, polres telah koordinasi dengan Labfor Polda Jawa Timur. "Kami belum bisa pastikan penyebabnya. Tapi, kami sudah menghubungi Labfor Polda Jatim untuk mengetahui asal titik api dan penyebab kebakaran," kata Kapolres.

Dia juga tidak bisa memberikan kesimpulan kemungkinan adanya sabotase atau akibat hubungan pendek aliran listrik. Alasannya, pihaknya masih menunggu hasil penelitian dari tim Labfor Polda Jatim.

Untuk mengantisipasi penjarahan, setiap pedagang yang akan mengambil barangnya diperiksa KTP (kartu tanda penduduknya)-nya oleh petugas. Polisi berseragam memang diterjunkan untuk mengamankan area kebakaran dan barang milik pedagang.

Bahkan, kata Kapolres, pihaknya sempat memergoki dua orang yang sedang mengambil barang milik pedagang yang berhasil diselematkan dari amukan si jago merah.

Sedangkan Kepala Bagian Pendapatan BKPD (Badan Pengelola Kekayaan Daerah) Sumenep yang membawahi pengelolaan pasar itu, MD. Suparto, mengatakan bahwa sebagian besar toko dan kios yang terbakar itu menjual tas, sepatu, sandal, buku, dan peralatan elektronik.

"Sampai saat ini, kami belum bisa menaksir kerugian yang diakibatkan oleh kebakaran tersebut," katanya.

Tidak Profesional

Penanganan kebakaran Pasar Anom dinilai tidak profesional. Akibatnya, api bisa menghanguskan ratusan toko dan kios dalam waktu tiga jam.

Menurut anggota DPRD Sumenep, Raud Faiq Jakfar, yang kemarin meninjau ke lokasi kebakaran mengatakan, hal itu itu karena beberapa faktor. Diantaranya, mobil pemadam kebakaran milik pemkab yang dikerahkan hanya satu unit. Meski telah dibantu oleh dua mobil tangki air dari PDAM, tapi tetap tidak maksimal. Apalagi, sejumlah peralatannya tidak layak digunakan untuk memadamkan api dengan cepat.

Dia mengingatkan, sudah seharus pemkab punya unit organisasi yang khusus menangani kebakaran. Sebab, selama ini tidak pernah jelas, siapa yang bertanggung jawab jika ada kebakaran. "Contohnya, mobil PMK saja ada dua. Tapi satunya ada di dinas kebersihan dan satunya lagi dipegang satpol PP," katanya.

Karena tidak ada penanggung jawab penuh ketika terjadi kebakaran, sehingga setiap kali terjadi kebakaran tidak tertangani dengan profesional. "Contohnya, kebakaran rumah warga di Pamolokan dan kebakaran Pasar Prenduan. Semua tidak berhasil diselamatkan," ujarnya.

Jika tetap tidak ada organisasi khusus yang menangani kebakaran, wakil ketua komisi C ini yakin, setiap kali ada kebakaran tidak akan tertangani dengan baik. "Yang dirugikan selama ini adalah masyarakat," katanya.

Menurut dia, DPRD telah mengusulkan adanya pelatihan SDM bagi petugas pemadam kebakaran. Namun, hal itu tidak direspons dengan baik oleh pemkab. "Kabupaten kita kaya, tapi kita miskin mobil PMK dan petugas PMK. Padahal, penyediaan sarana prasarana itu bagian dari pelayanan kepada masyarakat," tandasnya.

Lebih disayangkan lagi, sambungnya, pasar ternyata tidak mempunyai air atau alat apa pun untuk mematikan api jika terjadi kebakaran. Akibatnya, sekali ada api langsung menjalar ke mana-mana dan sulit dikendalikan.

Namun, hal ini dibantah oleh Kepala UPT Pasar H Misnadi. Dikatakan, Pasar Anom telah dilengkapi alat untuk memadamkan api jika terjadi kebakaran. Bahkan, beberapa hari yang lalu juga sempat terjadi kebakaran kecil di Pasar Anom. Tapi, api tidak meluas karena berhasil dipadamkan dengan hidran air.

"Kita punya tiga hidran air untuk memadamkan api. Tapi pada kebakaran kali ini, api cukup besar dan alat yang ada tidak mampu memadamkan," katanya. (zr)
Sumber: Jawa Pos, Senin, 29 Okt 2007

0 Comments:

Post a Comment

<< Home