Kelompok Belajar Tuna Aksara di Pademawu

Sarana Tak Lengkap, Ruang Kelas Numpang di Sekolah


Fasilitas Kelompok Belajar Tuna Aksara (Keaksaraan Fungsional) Dahlia Desa Sumedangan, Kecamatan Pademawu, sangat sederhana. Faktor ini bisa menghambat percepatan penuntasan tuna aksara.


Bersamaan dengan pelaksanaan ujian nasional (unas) siswa SMA/SMK/MA kemarin, Kelompok Belajar Tuna Aksara Dahlia juga menjalankan ujian tulis. Yang membedaka, ujian di kelompok keaksaraan fungsional ini berlangsung sangat sederhana. Seorang guru Endang Mutianingsih yang menguji, hanya dengan menggunakan papan kecil yang disanggah kursi plastik.


Di sela-sela ujian tulis keaksaraan fungsional kemarin, Mutianingsih mengatakan, ujian di keaksaraan fungsional berjalan sederhana. Selain itu, untuk mengumpulkan para siswa yang terdiri para orangtua, tidak mudah. Itu dapat dimaklumi, katanya, karena peserta ujian memiliki kesibukan di rumahnya masing-masing.


Namun demikian, kalaupun tidak mudah mengumpulkan orangtua ke ruang belajar, namun jika didukung dengan sarana pembelajaran yang memadai, dia yakin KMB (kegiatan belajar mengajar) tak selambat selama ini. "Dari tahun 2005, hingga kini siswa keaksaraan fungsional belum secepat yang kami bayangkan," ujarnya.


Ditemui di tempat yang sama, Divisi Pemberdayaan Keaksaraan Fungsional PGRI Pamekasan Dra RA Mutmainnah MPd juga merasakan hal yang sama. Secara ideal, kata perempuan yang akrab disapa Bu Iin ini, dalam pendidikan, fasilitas harus dipenuhi. Ini agar eskalasi penuntasan tuna aksara yang berbasis masyarakat pedesaan lebih mudah ditanggulangi.


"Ya, daripada tidak sama sekali, berjalan secara sederhana seperti yang berlangsung di Pokjar Dahlia Sumedangan, masih lebih baik," katanya.


Mneurut rencananya, kata dosen FKIP Unira ini, pasca tuna aksara, perserta didik di keaksaraan fungsional akan diintegrasikan dengan usaha, sesuai potensi dan kompetensi yang dimiliki masing-masing peserta didik. "Jadi, ada nilai tambah. Setelah tuntas tuna aksara, memiliki kreativitas," ujarnya.


Sementara Kasubdin PLS (Pendidikan Luar Sekolah) Dinas P dan K Pamekasan Drs H Chairil Basyar MPd menyadari ada keluhan yang sama dari berbagai pokjar (kelompok belajar) keaksaraan fungsional. Keluhan sarana belajar yang sederhana dan manual di kelas keaksaraan fungsional tersebut, dinilai sebagai masukan.


Karenanya, sambil menunggu bantuan, pihaknya menyelenggarakan KBM di kelas sekolah yang sudah tak dipakai pada saat sore hari. Sebab, di pagi hari, umumnya sekolah atau madrasah masih dipakai kelas reguler. "Kami mendengar keluhan mereka. Hanya, hingga saat ini berjalan dulu sambil menunggu pemenuhan sarana pembelajaran," katanya. (ABRARI)


Sumber: Jawa Pos, 18 Apr 2007

0 Comments:

Post a Comment

<< Home