Sumenep Kaya Budidaya Laut

SUMENEP-Kabupaten Sumenep dikenal sebagai daerah di Jawa Timur bahkan di Indonesia yang memiliki kekhasan. Yakni, posisi geografisnya yang terdiri dari gugus kepulauan. Ada sekitar 78 pulau berpenhuni di kabupaten paling ujung timur Madura ini. Itu belum termasuk pulau yang tidak berpenghuni sekitar puluhan pulau.

Karena itu, tak heran bila daerah ini memiliki potensi laut berlimpah ruah. Selain potensi perikanan tangkap, wilayah perairan laut Sumenep mempunyai laut mempunyai potensi bagi pengembangan usaha budidaya laut, seperti budidaya rumput laut.

Sekadar diketahui, luas areal budidaya rumput laut di Kabupaten Sumenep seluas 5.870 Ha dengan produksi pada tahun 1999 sebesar 3.224,70 ton dengan jumlah petani 1.697 orang dan jumlah rakit 6.721 unit. Potensinya berada di lokasi Kecamatan Ra’as, Pragaan, Bluto, Saronggi, Talango, Gili Genteng dan Dungkek. Produksinya sekitar 3.224,70 ton. Sementara musim produksi sepanjang tahun.

Luas areal per populasi 5.870 ha, yang sudah dikelola baru 50 persennya. Pemasaran rumput saat ini dalam dan luar negeri. Buktinya, salah satu pengusaha lokal rumput laut di Sumenep bakal kelabakan melayani permintaan pasar luar negeri. Pasalnya, kebutuhan rumput laut di pasaran internasional cukup tinggi. Sementara hasil produksi lokal minim.

Hal itu disampaikan Helmy Said, pengusaha rumput laut asal Desa Pakandangan, Kecamatan Bluto. Menurut Helmy, kebutuhan rumput laut di pasaran internasional cukup tinggi. "Saking tingginya, kadang kita kelabakan sendiri," ujarnya kepada koran ini.

Seperti diberitakan, berdasarkan hasil kunjungannya di berbagai wilayah di Tiongkok (RRC), sejumlah pabrik di Hongkong, Xiamen, Fouzhou, dan Qiangthoung, kebutuhan rumput laut bisa mencapai 2.000 ton per bulan. Tingginya permintaan akibat meningkatnya kebutuhan bahan baku rumput di sejumlah pabrik di beberapa wilayah tersebut.

"Dari hasil penjajakan saya selama kurang lebih 2 tahun di beberapa wilayah di Tiongkok, kebutuhannya memang luar biasa. Satu pabrik bisa membutuhkan 700 ton per bulan," ungkap Helmy.

Sayangnya, sambung pria lajang ini, produksi rumput laut lokal tidak mampu mengkaver kebutuhan pasaran internasional. Sebab, hasil produksinya terbatas. "Kalau diakumulasi mungkin bisa mencapai 2.000 ton. Tapi, kebanyakan kan sudah ada pasar tersendiri. Sehingga, pasar internasional seperti yang kita jajaki masih kurang stok," jelasnya. (zid)

Sumber: Jawa Pos, Rabu, 10 Jan 2007

0 Comments:

Post a Comment

<< Home