Massa Perfas Ingin Tutup Asta Tinggi

SUMENEP - Massa dari Persatuan Famili Sumenep (Perfas) kemarin, pukul 09.00, mendatangi Komplek Pemakaman Raja Sumenep Asta Tinggi. Massa yang naik puluhan mobil station dan pikap terbuka itu, ingin menutup Asta Tinggi.

Perfas yang merupakan induk organisasi keluarga besar keturunan Penembahan Sumolo (Raja Sumenep, Red) itu tidak lagi menghendaki Asta Tinggi dikelola oleh para penjaga Asta Tinggi. Sehingga, untuk sementara waktu, Asta Tinggi harus ditutup alias dikosongkan.

Tapi, keinginan Perfas ditentang oleh para penjaga Asta Tinggi yang tergabung dalam Yayasan Penjaga Asta Tinggi (Yapasti). Yapasti mengklaim sebagai organisasi yang berhak mengelola Asta Tinggi. Dalihnya, para penjaga Asta Tinggi itu punya legitimasi berupa surat keputusan (SK) bupati Sumenep untuk merawat cagar budaya tersebut.

Sejak sekitar pukul 07.00, massa Yapasti tampaknya sudah tahu atas rencana Perfas. Sehingga, massa Yapasti sudah berdiri di pintu masuk utama Asta Tinggi. Sekitar pukul 09.00, iring-iringan mobil station dan pikap terbuka yang mengangkut massa Perfas tiba di Asta Tinggi dan langsung berusaha masuk. Polisi yang sejak awal sudah siaga di Asta Tinggi, langsung membuat barikade guna memisahkan massa Yapasti dengan Perfas.

Polisi berusaha mempertemukan massa Perfas dengan Yapasti. Setelah melalui negosiasi, disepakati perwakilan dari masing-masing 10 orang untuk duduk bersama mencari solusi dengan difasilitasi oleh polisi.

Selama negosiasi berlangsung, massa Perfas meneriakkan yel-yel yang menyatakan Asta Tinggi adalah aset keluarga besarnya. Sehingga, Perfas dinilai punya hak untuk mengelola Asta Tinggi.

Tak hanya itu. Massa Perfas juga memasang spanduk besar di pintu masuk Asta Tinggi yang intinya siap untuk mengelola sendiri Asta Tinggi. Sebab, Asta Tinggi adalah aset keturunan keluarga besar Perfas. "Asta Tinggi itu bukan aset milik umum yang bisa dimiliki oleh setiap orang maupun lembaga tertentu. Mulai hari ini (kemarin, Red), Perfas yang akan mengelola sendiri Asta Tinggi," ujar jubir Perfas, RB Moh. Ridwan.

Dia mengungkapkan, pihaknya telah melayangkan surat kepada bupati Sumenep dan telah melakukan dialog dengan para penjaga Asta Tinggi, yang intinya pemberitahuan untuk mengelola sendiri Asta Tinggi. "Kalau para penjaga Asta Tinggi itu mengklaim berhak mengelola Asta Tinggi, terserah. Tapi, kita yang merupakan keturunan Raja Sumenep juga sangat berhak mengelola Asta Tinggi," tandasnya.

Asta Tinggi, lanjut Ridwan, adalah komplek pemakanan keturunan Raja Sumenep yang merupakan keluarga besarnya. Artinya, Perfas punya hak untuk menangani langsung Asta Tinggi, tanpa campur tangan pihak maupun lembaga lain. "Klaim Yapasti yang mengantongi SK untuk mengelola Asta Tinggi, tidak akan pernah kita anggap. Jangankan dari bupati, dari presiden pun kita tidak akan pernah menanggapinya," tukasnya.

Nah, untuk menghindari hal-hal tak diinginkan, Perfas akan mengosongkan Asta Tinggi untuk sementara waktu. Kemudian, setelah ada keputusan resmi, Perfas akan mengelola sendiri Asta Tinggi. "SK yang diklaim Yapasti, mulai dari bupati atau pun dari presiden tidak bisa menghapus hak Perfas. Asta Tinggi ini adalah komplek pemakaman leluhur keluarga besar Perfas. Kita tidak bisa dipisahkan dengan Asta Tinggi," tandasnya.

Sedang Humas Yapasti RB Ruska Panji Aliyunda menegaskan, pihaknya akan tetap mengelola Asta Tinggi. Alasannya, para penjaga Asta Tinggi yang tergabung dalam Yapasti punya SK yang menugaskan untuk merawat Asta Tinggi. "Kita tidak punya hubungan dengan Perfas. Kita ini bekerja berdasarkan SK. Jadi, kita tidak akan pernah menanggapi keinginan Perfas (untuk mengosongkan dan mengelola Asta Tinggi, Red)," ujarnya lugas.

SK yang menugaskan para penjaga Asta Tinggi untuk merawat, memelihara, dan menjaga keamanan Asta Tinngi, lanjut Ruska, tidak dibuat oleh Perfas. Jadi, Yapasti tidak punya tanggung jawab pengelolaan Asta Tinggi pada Perfas. "Kalau mau menggugat keberadaan para penjaga Asta Tinggi, sebaiknya gunakan jalur hukum. Kita akan tetap bekerja setiap hari dan tak akan mempedulikan keinginan Perfas," tandasnya.

Dalam forum bersama yang dihadiri oleh 10 perwakilannya, Perfas dan Yapasti tetap saling ngotot mempertahankan pendapatnya masing-masing. Sehingga, Wakapolres Sumenep Kompol Jusuf Sudarmodjo dan Kepala Dinas Pariwisata Ir Edy Mustika yang dipercaya sebagai fasilitator forum bersama, kembali mengingatkan agar Perfas dan Yapasti kembali pada komitmen semula untuk mencari solusi.

Jusuf lalu menawarkan agar forum bersama tersebut ditindaklanjuti dengan pertemuan di tingat muspida paling lambat 7 hari lagi. Dalam forum bersama yang diagendakan dihadiri oleh muspida itu, Perfas dan Yapasti diminta untuk mengeluarkan semua pendapat, keinginan, maupun uneg-unegnya tentang pengelolaan Asta Tinggi. "Maksimal 7 hari lagi. Tapi, lebih cepat memang lebih baik," kata Jusuf.

Selama berlangsungnya forum bersama yang digelar di salah satu pendapa di areal dalam Asta Tinggi, Perfas lebih banyak mendominasi pembicaraan. Sedang Yapasti tidak banyak bicara dan hanya menegaskan tetap berhak mengelola Asta Tinggi. "Kita sudah sepakat bertemu lagi dalam forum di tingkat muspida untuk mencari solusi. Jadi, jangan ada sikap semau gue. Jangan ada penutupan Asta Tinggi," tandas Jusuf.

Forum bersama berakhir sekitar pukul 12.00. Perwakilan Perfas menerima kesepakatan, termasuk tidak melakukan penutupan Asta Tinggi. Alasannya, Asta Tinggi adalah salah satu cagar budaya yang banyak dikunjungi oleh wisatawan. "Apa kita tidak malu kalau ada wisatawan yang tahu ternyata ada penutupan Asta Tinggi? Jadi, tolong, Perfas dan Yapasti sama-sama menjaga situasi agar tetap kondusif," tandas Jusuf.

Menariknya, kesepakatan dalam forum bersama tersebut sempat ditolak oleh massa Perfas yang menunggu di luar Asta Tinggi. Massa Perfas tetap ngotot untuk menutup Asta Tinggi. Bahkan, perwakilan Perfas sempat tidak bisa menenangkan massanya sendiri. Ketegangan sempat terjadi sesama massa Perfas maupun dengan polisi di bawah guyuran hujan deras. Namun, sekitar pukul 12.50, massa Perfas akhirnya membubarkan diri.

Polisi tampaknya all out mengamankan unjuk kekuatan yang dilakukan oleh keluarga besar Perfas. Sejumlah perwira Polres Sumenep turun sendiri untuk memimpin anak buahnya mengamankan aksi Perfas. Antara lain, Kabag Ops Kompol Drs Ary Wahjudhi, Kasat Samapta AKP Moh. Heri, Kasat Intelkam AKP Abd. Chalik, Kasat Reskrim AKP Mualimin SH, Kapolsek Kota AKP Wachid Arifaini SH; Kapolsek Saronggi Iptu H Mudjib, dan lainnya. (yat)

Sumber: Jawa Pos, 22 Des 2006

2 Comments:

At 1:08 AM, Blogger Unknown said...

kamu iskandar II-7 smp 1 sumenep???

 
At 10:57 AM, Blogger Iskandar Z. Karnain said...

Bukan. aku Iskandar SMA Negeri Pamekasan

 

Post a Comment

<< Home