Perlu Muncul Kelompok Kreatif Kecil

Pamekasan - Budayawan D. Zawawi Imron meminta agar ada kelompok pemuda dan mahasiswa yang mau menjadi kelompok kreatif kecil yang selalu bersuara lembut dan mengutarakan sesuatu dengan bahasa partikular, suara yang berbeda dari yang lain.

Dia mengungkapkan hal itu saat memberi orasi budaya dalam Pelantikan Pengurus HMI Cabang Pamekasan Periode 2006-2007, di Aula Hotel Kemuning, Sabtu (23/12) siang.

"Kelompok kreatif kecil ini yang selalu bersuara kelembutan pada saat yang lain menyuarakan sesuatu dengan suara kekerasan, berkelahi bahkan bertengkar karena kepentingan. Suara kita adalah harus suara kelembutan. Tak ada yang lebih indah dari kelembutan. Suara itu adalah suara surga yang pantas kita suarakan. Sebab selama ini korban dari suara kekerasan dan pertengkaran adalah orang-orang kecil," paparnya.

Kelompok kreatif kecil ini, memiliki berbagai ciri di antaranya selalu memperhatikan dan mengedepankan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan kelompok dan golongan. Namun menyuarakannya dengan bahasa yang lembut sopan dan indah. "Ini harus muncul dari adik-adik HMI, juga PMII GMNI dan organisasi pemuda lainnya. Kita punya pengalaman kelompok muda yang memiliki prestasi seperti ini, seperti diukir oleh M. Natsir mantan Perdana Menteri RI dengan kawan-kawan seperjuangannya," katanya.

Ciri lainnya, lanjut Zawawi, kelompok kreatifitas minoritas ini akan selalu mengisi roh aktivitasnya dengan sikap religiusitas, dalam mengatasi persoalan bangsa dan tanah air. "Kalau ciri-ciri ini saja Anda lakukan, Anda telah berbuat terbaik untuk bangsa dan tanah air. Dan Anda adalah orang yang pantas mendapat predikat berakhlakul karimah," ungkapnya.

Dikatakan, saat ini orientasi kehidupan masyarakat sudah berbeda dengan zaman sebelumnya. Kalau sebelumnya masyarakat Indonesia mudah melakukan perubahan dan perbaikan karena memiliki nasib dan tujuan atau cita-cita yang sama yakni mencapai kebebasan dan kemerdekaan membangun bangsa sendiri. "Namun kini, nasib kita sudah beda dan tujuan diantara kita juga sangat berbeda pula. Lantas bagaimana cara memupuk kesetiaan dan membangun bangsa?" tanyanya.

Menurut dia, ketika masyarakat dan kelompoknya sudah memiliki tujuan hidup yang berbeda, maka yang harus dikedepankan untuk tetap memiliki komitmen membangun bangsa adalah memunculkan rasa cinta kepada tanah air. "Kita makan, minum, besar dan mencari penghidupan ditanah air kita, karena marilah jadikan kecintaan pada tanah air ini untuk membangun dan memperbaiki bangsa ini," ajaknya. (mas)

Sumber: Surabaya Post, 24/12/06

0 Comments:

Post a Comment

<< Home