Blueprint Rampung Akhir 2010
Sudah enam bulan dibentuk, Badan Pengembangan Wilayah Suramadu (BPWS) hingga kini belum punya blueprint (cetak biru) Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) bernama Madura Industrial Estate Sea Port City. Investasi dari luar negeri maupun lokal pun jalan di tempat.
"Bagaimana lagi. Kita memang bukan hanya sedang membangun sebuah rumah, namun sebuah kawasan. Sehingga butuh persiapan lebih yang jelas memerlukan waktu. Ini harus dipahami semua pihak,” ujar Agus Wahyudi, Deputi Bidang Pengendalian Badan Pelaksana BPWS, usai di rapat koordinasi di Hotel Singgasana, Surabaya, Kamis (10/12).
Menurut Agus, posisi Jembatan Suramadu sebagai sebuah landmark Jawa Timur maupun Indonesia membuat BPWS tidak boleh gegabah dalam menyusun rencana jangka panjang pengembangan wilayah dalam sebuah grand plan atau blueprint.
Kata Agus, banyak proses yang harus dilalui. Misalnya konsolidasi dengan pihak-pihak terkait hingga perencanaan teknis yang butuh waktu yang tidak singkat. "Jangan sampai ibaratnya kita telanjur sudah bangun pintu yang tingginya 1,7 meter ternyata ada kebutuhan memasukkan barang yang tingginya 2 meter. Ini kesalahan fatal yang akan terjadi kalau kita gegabah,” kilahnya.
Hingga saat ini, pihaknya masih mengkaji desain dan aturan-aturan yang akan diterapkan di wilayah sekitar Suramadu. Guna keperluan tersebut, BPWS melibatkan pihak-pihak terkait baik dari pemerintah pusat, daerah, maupun swasta. "Kita gandeng semua. Doakan semoga di 2010 akhir blueprint ini bisa rampung kita susun dan siap kita jadikan landasan untuk langkah selanjutnya,” tukasnya.
Karena lambannya proses ini, mau tak mau banyak pihak yang mempertanyakan kelanjutan potensi investasi yang disebut-sebut berminat masuk ke kawasan Suramadu. Per Juni lalu, data Badan Penanaman Modal (BPM) Jatim menyebutkan, banyak investor yang mulai tertarik terhadap potensi Madura.
Ada dua PMA yang akan masuk, yakni PT Dwi Bina Utama dari Jepang dan Aneka Boga Nusantara yang merupakan hasil kerja sama Jepang dan Korea Selatan. Sedangkan untuk PMDN, ada PT Karya Dibya Mahardika, PT Adi Luhung Karya Segara, dan PT Maxima Nusantara Indonesia.
Selain telah sepakat dengan kelima investor tersebut, BPM juga merencanakan pembangunan PT Madura Industrial Estate Sea Port City (MIECi). Proyek ini merupakan upaya BPM untuk menampung kebutuhan di sektor industri, perdagangan, perumahan, pelabuhan petikemas dan kebutuhan lainnya.
Gambaran MIECi ini semacam Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) yang bakal mewadahi dan memfasilitasi para investor yang datang. Proyek ini akan dibangun di atas lahan di sekitar kaki-kaki jembatan Suramadu yang masing-masing seluas 600 hektare. Dengan belum jelasnya kapan blueprint akan rampung, dikhawatirkan segala kepentingan investasi ini akan terhambat. (tsa)
Sumber: Surabaya Post, Jumat, 11 Desember 2009
0 Comments:
Post a Comment
<< Home