Tragedi Warga Kepulauan Sumenep

Kelamaan di Perjalanan Ibu dan Bayi Meninggal di Kapal

Runi, ibu rumah tangga asal Pulau Kangean, Kabupaten Sumenep, ini tak pernah membayangkan nyawanya harus melayang hanya karena tempat tinggalnya yang jauh dari pusat kota. Andai di pulau itu fasilitas puskesmas memadai, nyawanya dan nyawa bayinya mungkin masih bisa diselamatkan.

Karena jauhnya tempat dan tidak memadainya fasilitas pelayanan kesehatan, Runi, 43, warga Dusun Bantulan, Desa Da’andung, Kecamatan Kangayan (Pulau Kangean) akhirnya meninggal dunia bersama bayi yang baru dilahirkannya.

Peristiwa memilukan itu terjadi saat Runi berada dalam perjalanan laut dengan Kapal Motor Penumpang (KMP) Dharma Bahari Sumekar (DBS) I menuju kota Sumenep untuk proses persalinan, Rabu (18/11) malam.

Dengan kapal itu, diperlukan waktu sekitar 12 hingga 13 jam untuk sampai di kota Sumenep. Namun perjalanan baru empat jam, Runi sudah tidak kuat menahan keluarnya sang jabang bayi. Diperkirakan, Runi meninggal dunia karena kehabisan darah dan minimnya peralatan medis di kapal itu, sehingga nyawa korban bersama bayinya tidak tertolong. Padahal, dokter dan bidan Puskesmas Kangayan yang ikut mengantarkan sudah memberikan pertolongan maksimal.

Jenazah kedua korban baru bisa dibawa kembali ke daerah asalnya, setelah KMP DBS I merapat di Pelabuhan Kalianget, Sumenep. Jenazah kemudian dibawa pulang oleh saudaranya dengan menyewa perahu dari pelabuhan Kalianget, Kamis (19/11). Dengan perahu ini, perjalanan pulang akan memakan waktu lebih lama lagi, yakni sekitar 15 hingga 18 jam.

Abdul Azis Salim, 35, tetangga korban yang ikut menumpang KMP DBS I mengatakan, Runi sesuai rencananya akan melahirkan di Puskesmas Kangayan. Namun sampai dua hari opname di puskesmas tersebut sang jabang bayi belum juga keluar, sementara kondisi Runi semakin lemah. Atas pertimbangan itu, maka dokter puskesmas memutuskan untuk merujuk Runi ke RSD Dr H Moh Anwar Sumenep.

Namun, perjalanan laut dari Pelabuhan Batu Guluk, Kecamatan Kangean baru menempuh empat jam, Runi mengeluh kesakitan seperti halnya orang yang akan melahirkan. Melihat itu, dokter dan bidan langsung membawa Runi ke sebuah ruangan di kapal itu untuk mengatur proses persalinan korban yang saat itu sudah pembukaan empat.

Beberapa menit kemudian, akhirnya proses persalinan terjadi dan bayinya bisa diangkat. Namun bayi yang keluar sudah dalam keadaan meninggal. Tubuh bayi itu terlihat membiru diduga akibat lamanya proses persalinan sejak di Puskesmas Kangayan.

“Tak lama kemudian, ibunya yang mengalami pendarahan hebat juga meninggal dunia,” ujar Azis.

Anggota DPRD Kabupaten Sumenep, Badrul Aini yang juga ikut dalam perjalanan laut dari Pulau Kangean ke Sumemep mengatakan, kasus meninggalnya ibu hamil dalam perjalanan laut dari pulau ke Sumenep bukan yang pertama kali. Bahkan hampir tiap tahun kasus serupa terjadi.

“Ini terjadi karena peralatan medis di puskemas kepulauan kurang memadai. Sehingga banyak ibu hamil yang harus dirujuk ke Sumenep dan karena perjalanan membutuhkan waktu lama, akhirnya bisa fatal seperti ini,” ujar Badrul.

Untuk mencegah atau meminimalkan kasus serupa, Badrul berharap ada langkah kongkret dari pemerintah daerah untuk membenahi puskesmas yang ada di kepulauan. “Sudah saatnya di pulau-pulau itu disediakan puskesmas sekelas rumah sakit yang peralatannya cukup memadai, khususnya untuk berbagai keperluan mendesak seperti untuk proses persalinan,” pinta Badrul. (Achmad Rivai)

Sumber: Surya, Jumat, 20 Nopember 2009

Labels: , ,

0 Comments:

Post a Comment

<< Home