Puting Beliung Sapu Pamekasan

Empat Puluh Dua Rumah Ambruk Satu Tewas

Sekitar 45 rumah di Kampung Kembang Satu dan Kembang Dua, Desa Palengaan Daja, Kecamatan Palengaan, Pamekasan ambruk disapu angin puting beliung, Senin (16/11), sekitar pukul 16.30.

Selain memorak-porandakan rumah, Ratena, 30, warga Desa Bulmatet, Kecamatan Karang Penang, Sampang tewas di lokasi kejadian. Sedang dua warga lainnya, asal Palengaan Daja, Kecamatan Palengaan, Pamekasan, Rodiyah, 35, yang tengah hamil lima bulan, tulang punggungnya patah dan Munirah, 25, lengan kirinya patah serta sekujur tubuhnya luka hingga mengalami 15 jahitan di RSUD Pamekasan.

Kerusakan terparah dan terbesar menimpa rumah penduduk di Desa Palengaan Daja. Sebagian besar rumah warga yang terkena angin puting beliung ambruk dan rata dengan tanah. Bupati Pamekasan, Drs KH Khalilurrahman, yang mendengar kejadian itu bersama Kahumas dan Protokol, Fajar Santosa SH mengunjungi warga dan memberikan santunan.

“Semoga musibah ini tidak hanya membawa kesengsaraan, juga membawa hikmah. Meski banyak rumah ambruk, kita tetap bersyukur dan tawakkal menghadapi cobaan ini,” kata bupati.

Menurut Marjito, yang rumahnya mengalami rusak berat, awalnya hujan deras, namun selang tidak berapa lama disusul angin kencang dan terdengar deru suara seperti mesin pesawat yang terbang rendah dari arah selatan, disertai petir menyambar.

Saat itu sebagian warga berada di dalam rumah dan tidak berani keluar. Tiba-tiba angin meliuk-liuk menyambar rumah warga dan menerbangkan atapnya hingga terlempar sejauh 10 meter. Jerit histeris warga tak terbendung. Lantas warga berbondong-bondong keluar rumah menyelamatkan diri ke tempat yang agak jauh, sebagian berlindung di bawah pohon.

“Nah, ketika Munirah dan Rodiyah hendak ke luar menyelamatkan diri, kayu plafon rumahnya ambruk dan menimpa keduanya,” ujar Hasanuddin, anggota Tim Taruna Siaga Bencana (Tagana) Pamekasan.

Dikatakan, korban Ratena yang tewas sedang berkunjung ke rumah familinya. Begitu warga dilanda kepanikan, terutama kalangan ibu dan anak-anak, Ratena memilih berlindung di dalam rumah. Ternyata rumah yang ditempati ambruk menimpa tubuhnya hingga tewas.

“Berapa kerugian kami belum bisa menghitung. Kami masih melakukan inventarisasi di lapangan,” kata Kahumas Pamekasan, Fajar Santosa. (st30)

Sumber: Surya, Rabu, 18 Nopember 2009

Labels: ,

0 Comments:

Post a Comment

<< Home