Pulau Salarangan Tenggelam

Ratusan Nelayan Mengungsi ke Pulau Paliat

Air pasang dan gelombang laut yang sangat tinggi sejak beberapa hari lalu, membuat panik sejumlah warga di kepulauan Sumenep, Madura. Apalagi, sejak dua hari lalu Pulau Salarangan, Desa Paliat, Kecamatan Sapeken, Sumenep, tenggelam. Akibatnya, ratusan warga terpaksa mengungsi ke Pulau Paliat.

Informasi itu diperoleh Surya dari Samhari, 37, tokoh masyarakat desa setempat yang ikut mengungsi, Minggu (30/12). Menurutnya, sejak Kamis (27/12) lalu tinggi gelombang laut mencapai empat-lima meter dari permukaan laut. Tingginya gelombang bersamaan dengan pasang air laut dalam sepekan terakhir.

Ratusan warga, yang sebagian besar bekerja sebagai nelayan, semula masih tetap bertahan di rumah-rumah mereka yang tergenang air sekitar 50 cm. Namun, ketika ombak besar disertai gelombang dahsyat datang, warga memutuskan untuk mengungsi dari rumah mereka. "Sejak Jumat (28/12, Red) malam lalu tinggi gelombang sudah empat meter. Seluruh daratan Pulau Salarangan tertutup air laut. Warga ketakutan, apalagi setelah ada beberapa rumah penduduk rusak akibat terjangan ombak," ujar Samhari tanpa menyebut nama pemilik rumah-rumah yang rusak itu. Satu-satunya tempat pengungsian yang dinilai aman adalah Pulau Paliat. Karena, selain air pasang tak sampai memenuhi Pulau Paliat, juga karena pulau ini aman dari gempuran gelombang lantaran posisinya terlindung di antara pulau-pulau kecil di sampingnya.

Mengenai kebutuhan makan dan minum warga yang mengungsi, Samhari menyatakan, mereka menumpang makan di rumah-rumah warga di Desa Paliat. Karena, sebagian besar  warga Desa Salarangan memililik saudara di Pulau Paliat. "Kepala Desa Paliat juga membantu sebagian kebutuhan warga Pulau Salarangan yang mengungsi," katanya sambil menambahkan, bahwa dirinya bersama ratusan warga Pulau Salarangan akan kembali ke rumah bila gelombang sudah turun, dan suasananya telah tenang.

Ancam Keselamatan

Diwawancara terpisah melalui ponsel, Kepala Desa Paliat Matsawi HS mengakui ada 248 jiwa terdiri dari 74 kepala keluarga (KK) dari 76 rumah terpaksa mengungsi karena gelombang laut sangat tinggi. Matsawi menambahkan, langkah mengungsikan mereka juga atas saran dirinya  karena dapat mengancam keselamatan jiwa penduduk di Pulau Salarangan. Saat ini, menurut Matsawi, tinggi gelombang laut terus menaik, dan semakin membahayakan penduduk Desa Salarangan jika masih bertahan di pulau seluas sekitar 12 hektare itu.

Apakah ada rumah warga yang rusak akibat gelombang itu? Matsawi mengaku belum tahu pasti, karena pihaknya bersama aparat desa setempat belum dapat mengecek ke Pulau Salarangan gara-gara ombak yang sangat tinggi. "Kami akan ke sana nanti kalau situasinya sudah agak reda," paparnya. Matsawi menambahkan, pasokan sembako untuk kepentingan warga kepulauan terhenti karena kapal yang biasa mengangkut kebutuhan pangan warga tidak berani berlayar. "Bisa-bisa mereka mati kelaparan karena pengiriman sembako tidak ada," sesalnya.

Karena itu, pihaknya berharap ada langkah cerdas dari Pemkab Sumenep untuk mencarikan solusi agar kebutuhan sembako, khususnya bagi warga kepulauan yang terkepung ombak dan gelombang besar akan teratasi. "Sebab, sembako kan kebutuhan utama," tegasnya. (st2)

Sumber: Surya, 31/12/2007

0 Comments:

Post a Comment

<< Home