Gelombang Pasang Dua Pulau Nyaris Tenggelam

Pasang air laut yang terjadi Senin dan Selasa (26-27/11) malam mengancam pulau-pulau kecil di timur Kabupaten Sumenep. Di Pulau Sapeken, akibat laut pasang naik itu, pasar utama di pulau tersebut tenggelam, dan hingga kemarin tak bisa berfungsi.

Sedangkan di Pulau Masalembu, selain merendam Pasar Masalima, air laut pasang juga menenggelamkan 20 rumah serta menghanyutkan ternak milik warga. Di pulau itu, kawasan yang terparah kena air pasang laut adalah Dusun Mandar, Desa Sukajeruk, Masalembu. Banyak ternak ayam dan sapi yang tersapu air laut pasang dan kemudian mati. "Air laut pasang tahun ini lebih besar dari tahun-tahun sebelumnya. Bahkan, menurut saya, paling besar dalam sepuluh tahun terakhir," kata Badrul Aini, seorang tokoh masyarakat Sapeken, kepada Surya, Rabu (28/11) di Sumenep.

Karena ketinggian air laut pasang mencapai 6 meter, pulau-pulau yang lebih kecil (seperti Pulau Tanjunggiok dan Pulau Sarendeng) nyaris tenggelam. Dua pulau yang masuk Kecamatan Sapeken itu, masing-masing terdiri dari satu desa. Tiap-tiap pulau itu dihuni sekitar 400-an warga. Sementara, total jumlah penduduk Kecamatan Sapeken mencapai sekitar 5.000 jiwa.

Badrul mengungkapkan, karena pasar utama di Pulau Sapeken masih terendam hingga kemarin, kegiatan perekonomian warga setempat macet. Namun sejauh ini, menurut pantauan Badrul yang juga anggota DPRD Sumenep, belum ada laporan tentang korban jiwa. “Tapi, masyarakat di pulau-pulau kecil itu tetap was-was. Mereka berjaga terhadap kemungkinan kembali tingginya laut pasang,” imbuh Badrul.

Selain `melahap` pasar dan permukiman penduduk, pasang laut itu juga menyapu puluhan hektare areal tambak udang dan banding, serta areal garam rakyat di Kecamatan Kalianget dan Seronggi. Kerugian diperkirakan mencapai ratusan juta rupiah.

H Zainudin, 47, warga Desa Kebundadap Kecamatan Seronggi, yang memiliki sejumlah lahan tambak udang syok mengetahui ladang tambak udangnya lenyap ditelan air pasang. Padahal, ia baru saja menebar benih udang senilai Rp 30 juta. Selain itu, Zainudin juga baru saja memperbaiki tanggul tambaknya yang kini jebol akibat tergerus arus air laut.

"Kami merugi sampai ratusan juta rupiah,"ujar Zainudin dengan raut muka kalut.

Kesedihan juga dirasakan Murahwi, 50, warga Desa Pinggir Papas, Kecamatan Kalianget. Garam di areal pertambakan garam miliknya yang siap dipanen karena telah mengkristal, hancur berantakan. Masuknya air ke lahan pegaramannya adalah akibat jebolnya tanggul di lokasi pegaraman di Desa Pinggir Papas oleh desakan air pasang. "Tanggul itu tidak kuat menahan air pasang yang terjadi selama beberapa hari ini," tandas Murahwi.

Badrul berharap kejadian ini juga mengundang kepedulian pemerintah. Karena pasang laut itu, menurutnya, merupakan kejadian alam, dan karena itu bisa dikategorikan bencana alam. (st2)

Sumber: Surya, Thursday, 29 November 2007

0 Comments:

Post a Comment

<< Home