Rebutan Sisa Air Cekdam
Meski di sebagian wilayah kabupaten Bangkalan telah turun hujan seminggu terakhir ini, namun dampak kemarau yang cukup panjang tahun ini masih dirasakan sebagian besar masyarakat. Terutama warga yang tinggal di pedesaan. Mereka setiap hari berkutat dengan kesulitan mendapatkan air untuk keperluan sehari–hari.
Sebagian besar wilayah di Bangkalan pada musim kemarau sulit sekali mendapatkan air bersih. Pemkab telah berupaya memenuhi kebutuhan vital bagi warganya, seperti mengirim air melalui mobil tangki ke desa–desa rawan air. Juga telah membuat sumur bor di 8 desa rawan air. Namun upaya pemerintah ini masih belum dirasakan masyarakat belum mencukupi keperluan air bersih. Karena keperluan air bukan hitungan hari, namun hitungan menit masyarakat pasti membutuhkannya.
Seperti yang terjadi di sekitar Dusun Tlagah, Desa Banyuning Dajah, Kecamatan Geger. Pada musim kemarau, masyarakat setempat memanfaatkan air cekdam. Karena hampir semua sumur di desa kering, akhirnya warga di desa-desa sekitar Banyuning menyerbu cekdam yang dibangun puluhan tahun lalu. Warga memanfaatkan air itu untuk mandi dan mencuci, termasuk untuk minuman ternaknya.
Lama–lama kondisi air cekdam itu keruh dan tidak layak dipergunakan. Namun masyarakat tetap memanfaatkannya. "Cekdam ini dibangun tahun 1983 ini. Dulu airnya sedalam 10 meter. Sekarang sudah dangkal, hanya tinggal 1 meter saja. Airnya sudah keruh, karena dangkal itu," kata Kades Banyunning Dajah, H Hadiri, Jumat (2/11).
Meski airnya sudah keruh, karena tidak ada lagi air yang bisa di dapat dengan cepat, masyarakat tetap memanfaatkan cekdam itu. "Ya digunakan untuk mandi, mencuci. Ada yang digunakan untuk memasak setelah disaring dulu," ungkapnya. Dijelaskan, cekdam yang ada di desanya, tidak hanya dimanfaatkan warganya sendiri. Namun warga desa lain juga mengambil air untuk keperluan sehari-hari. "Selama musim kemarau ini, warga di empat desa yang memanfaatkan cekdam ini. Yakni warga Desa Bannyuning Dajah sendiri, warga Desa Banyyuning Laok, Desa Kelapayan dan warga Desa Bangsereh Kecamatan Sepulu," terangnya.
Mereka datang setiap hari untuk mengambil air di cekdam. Mulai pagi, siang, hingga sore. Tetapi yang paling ramai pada pagi dan sore hari. Jumlahnya ratusan orang. Mereka membawa jeriken, ada yang membawa bak. Hampir semua warga yang datang ke cekdam, mandi dan mencuci pakaian. Pulangnya mereka membawa air untuk keperluan di rumahnya. Ada yang dinaikkan gerobak, sepeda motor, bahkan mobil pikap.
Harapan warga, kata Kades Hadiri, agar cekdam yang sudah dangkal itu dikeruk. "Bila sudah dikeruk, cekdam ini tidak dangkal seperti sekarang. Bisa seperti saat dibangun dulu. Dengan begitu air yang ada bisa lebih banyak. Sehingga pada musim kemarau ketersediaan air lebih baik dari sekarang," harapnya.
Jika cekdam itu dikeruk lebih dalam lagi, debit air lebih banyak lagi dan bertahan lama. "Dulu sewaktu kedalaman cekdam 10 meter, air bisa dimanfaatkan warga selama 8 bulan. Sekarang dengan kedalaman hanya 1 meter, masyarakat hanya bisa memanfaatkan cekdam maksimal 3 bulan. Kalau hujan tidak turun, air semakin menyusut, karena diambil setiap hari oleh warga," ungkap Hadiri. (kas)
Sumber: Surabaya Post, Sabtu 03/11/2007
0 Comments:
Post a Comment
<< Home