Tambak Bandeng Hanyut

Nelayan Pilih Libur akibat Gelombang Pasang Laut
Pamekasan, Jawa Pos - Gelombang pasang air laut yang tinggi, rupanya, tidak hanya terjadi di pantai selatan Jawa. Hal yang sama juga terjadi di sejumlah perairan di Madura. Gelombang air laut membumbung tinggi melebihi ambang batas pasang biasanya.

Derasnya gelombang air laut mengakibatkan terjadinya ombak besar di tengah laut. Tingginya gelombang pasang juga berakibat derasnya air di sejumlah perairan. Tak heran jika ombak laut menghantam sampai bibir pantai. Bahkan, tak sedikit air pasang naik hingga daratan.

Itu terlihat di sejumlah perairan di wilayah pantai selatan Madura. Di wilayah Kabupaten Sumenep, tingginya gelombang laut bisa disaksikan di sekitar perairan Desa Lobuk, Kecamatan Bluto; dan Desa Aengpanas, Kecamatan Pragaan.

Jika beberapa waktu sebelumnya air laut surut hingga puluhan meter dari bibir pantai, kemarin air laut pasang hingga bibir pantai. Buktinya, terlihat di pelabuhan Desa Aeng Panas yang melayani rute Kecamatan Pragaan ke Probolinggo (Jawa).

"Biasanya, air ini jauh dari pantai. Sekarang airnya sampai ke daratan hingga jalan raya," ujar seorang warga di sekitar pelabuhan Desa Aeng Panas.

Pemandangan yang sama terlihat di perairan Talangsiring, Desa Montok, Kecamatan Larangan, Pamekasan. Air laut terlihat pasang. Bahkan, deburan ombak sampai membasahi jalan raya provinsi di sekitar pantai.

Anehnya, perahu nelayan tidak terlihat di sekitar pantai. Diduga, nelayan setempat tak begitu peduli dengan derasnya air laut. Nelayan diduga masih beraktivitas seperti biasa ke laut. Namun demikian, terlihat bagan-bagan milik nelayan banyak yang disandarkan di bibir pantai.

Sementara, di kampung nelayan Dusun Kotasek, Desa Tanjung, Kecamatan Pademawu, Pamekasan, gelombang pasang telah merugikan warga. Sebab, areal tambak bandeng yang berada di bibir pantai digenangi air laut. Padahal, tambak sudah diberi pagar pembatas yang terbuat dari gundukan tanah. Akibatnya, nelayan setempat merugi hingga puluhan juta rupiah.

Ahmad Sholeh, 31, nelayan setempat, kepada wartawan menuturkan, sejak Jumat (18/5) siang lalu, gelombang air laut pasang. Tingginya, diperkirakan mencapai 3 sampai 5 meter. Itu sebabnya, gelombang air laut mampu menerjang tanggul pantai.

Untungnya, gelombang air laut tidak sampai masuk ke rumah warga setempat. "Tetapi, kita tetap rugi. Sebab, Genangan air laut sempat menyapu areal tambak ikan bandeng," ungkapnya.

Dijelaskan, areal tambak ikan bandeng yang ada di Dusun Kotasek diperkirakan menapai 150 hektare. Setiap hektarenya dibagi dalam 3 petak kecil. Setiap petak kecil ditebar satu sampai dua rean bibit ikan bandeng. Sedangkan satu rean setara dengan 5 ribu ekor bibit bandeng.

"Ikan bandeng yang ada dalam petak-petak tambak telah berumur 4 sampai 5 bulan. Tambak saya tinggal 2 bulan lagi akan dipanen. Makanya, kita rugi sekali," tuturnya. "Jika saja ikan bandeng bisa selamat sampai masa panen, maka kita bisa memanen bandeng ukuran normal. Satu kilonya rata-rata berisi 9 ekor seharga 15 ribu rupiah," tambahnya.

Diperkirakan, hanya tersisa 10 persen areal tambak warga yang selamat akibat diterjang air laut. Itu sebabnya, warga Dusun Kotasek sangat terpukul dengan adanya derasnya air laut tersebut. Hingga kemarin siang, warga masih khawatir gelombang pasang kembali menerjang.

"Mudah-mudahan, mulai besok (hari ini,Red.) gelombang laut akan kembali normal. Kalau tidak normal begini, nelayan banyak yang tidak melaut" pungkas Sholeh. (zid)

Sumber: Jawa Pos, Minggu, 20 Mei 2007

0 Comments:

Post a Comment

<< Home