Demi Garam Nasional, Madura Digerojok Rp 22 M
Rencana pemerintah menjadikan Madura sebagai sentra Swasembada Garam Nasional segera dimulai. Pada tahun 2011 ini Kementrian Kelautan dan Perikanan RI mengucurkan dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) sebesar Rp 22 miliar untuk proggarm pemberdayaan usaha garam rakyat (PUGAR) di Madura.
Pemerintah juga telah membentuk Tim Kordinasi Program Swasembada Garam Nasional ini pada 23 Desember lalu, yang melibatkan unsur perguruan tinggi vaforit yakni UI Jakarta, ITB Bandung, Undip Semarang dan Unijoyo Bangkalan, para pejabat dari sejumlah daerah penghasil garam dan utusan dari 16 kementerian.
Dr Makhdfud Efendi anggota Tim Kordinasi Swasembada Garam Nasional dari Universitas Trunojoyo (Unijoyo) Bangkalan mengatakan dana BLM Rp 22 miliar itu akan digunakan untuk memberdayakan para petani garam Madura dalam rangka mempersiapkan mereka untuk menyambut pelaksanaan program Swasembada Garam Nasional yang alam dimulai tahun 2012 mendatang.
Dalam program Swasembada Garam nasional ini, kata Makhfud Madura memang mendapatkan prioritas karena separuh dari produksi garam nasional diproduksi dari Madura. Selebihnya diproduksi daerah penghasil garam lainnya antara lain NTT, NTB, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah dan Gorontalo.
“Madura dapat BLM yang cukup besar karena produksinya juga besar. Dana RP 22 miliar itu nanti harus digunakan untuk memberdayakan petani dan kelembagaannya sehingga benar benar siap untuk memproduksi garam sesuai dengan harapan dari program swasembada garam nasional ini, “ katanya, Senin (17/1).
Semua kabupaten di Madura mendapat bagian dana BLM itu, hanya jumlahnya tidak sama disesuaikan dengan luas areal lahan dan jumlah petani garam. Terbesar diperoleh Sampang dengan jumlah Rp 10 miliar, kedua Sumenep dengan jumlah bantuan Rp 6 miliar. Pamekasan dapat bagian Rp 5 miliar, sedangkan yang terkecil diperoleh Bangkalan dengan jumlah Rp 1 miliar.
Saat ini yang harus dipersiapkan, kata Makhfud adalah pembentukan kalembagaan yang akan menerima dana BLM itu. Menurut dia yang paling efektif adalah dengan membentuk Kelompok Usaha Bersama (KUBE). Baik dengan mereaktualisasi KUBE yang ada maupun membentuk lembaga baru.
Yang pasti, kata dia, harus diupayakan agar dana ini benar benar efektif memberdayakan petani garam dan tidak salah sasaran. Karena itu harus melalui metode tepat dan terhindar dari penyalahgunaan. “Program seperti ini biasanya rawan dibelokkan oleh orang tertentu yang punya kepentingan,” katanya.
Jika telah terbentuk, maka KUBE itu nanti akan mendapatkan berbagai pelatihan dan refitalisasi dengan program penguatan kelembagaan. Termasuk didalamnya adalah memperkenalkan inovasi tehnologi agar para petani juga siap untuk memanfatkan teknologi jika dibutuhkan.
Sementara itu Sekretaris Komite Garam Pamekasan Yoyok Efendi SH MM menilai Program Swasembada Garam Nasional ini dinilai sebagai langkah tepat untuk memperbaiki taraf hidup petani garam di Madura dan petani garam lainnya. Karena itu petani garam Madura harus mempersiapkan diri.
Dikatakan kebutuhan garam secara nasional saat ini mencapai sekitar 3 juta ton/tahun. Selama ini kata dia jumlah produksi garam konsumsi secara nasional baru mencapai sekitar 800 ton/tahun, sehiangg kekurangannya masih harus impor, termasuk juga untuk garam industri.
Swasembada garam nasional ini akan bisa memperkecil impor garam selain itu juga akan bisa meningkatkan kesejahteraan para petani garam itu sendiri. “ Jika ribuan hektar lahan garam yang ada di Madura dimanfaatkan dengan baik, maka bisa jadi kebutuhan akan garam konsumsi nasional akan bisa dipenuhi dari produksi garam dari Madura,” katanya. (mas)
Sumber: Surabaya Post, Senin, 17 Januari 2011
0 Comments:
Post a Comment
<< Home